Radio Muslim

Rabu, 16 Juni 2010

Taman Cinta

Taman Cinta

Sore menjelma malaikat siang naik ke arasy untuk menyampaikan tugasnya pada Sang Maha Mengetahui tentang catatan dan doa – doa hamba – Nya baik yang berdoa penuh cinta maupun yang melalaikan umurnya, malaikat malam pun turun untuk mengawasi perbuatan manusia dan mencatatnya untuk disampaikan pula pada Sang Maha Pemberi kesempatan. Apakah kalian (manusia) berfikir bahwa Alloh SWT mengutus malaikat karena Ia tidak mampu untuk mengawasi perbuatan mu wahai manusia? Tidak, Ia Maha Tahu segala perbuatan kita. Apa yang nampak dan apa yang tersembunyi. Ia menciptakan malaikat agar kita menjadikan pelajaran terhadap malaikat akan sifatnya yang senantiasa patuh pada - Nya.

Pohon – pohon tenang memuji kebesaran Tuhan semesta alam pencipta pagi dan petang, merunduk tanda tunduk, dan bertakbir tanda zikir. Apakah pohon – pohon, bebatuan, hingga hamparan tanah yang kau injak adalah mati? Tidak wahai manusia ia merekam segala perbuatanmu ia menyaksikan segala tindak – tandukmu. Pada saatnya nanti ia kan berbicara atas titah-Nya mengenai perbuatanmu itu.

Ashar menjelang, adzan berkumandang menggema disetiap sudut kota ihsan yang terpanggang oleh panasnya raja siang, adzan menggema namun tak secerdas selogan kota. Karena tak sedikit orang yang mengacuhkan panggilan mulia. Padahal pada zaman dimana Islam mulai hadir, untuk melaksanakan panggilan shalat adalah nyawa taruhannya, dimana di bagian timur tengah sana mortar, mesiu, dan timah panas dengan berbagai ukuran menjadi harga bagi sang hamba untuk bercinta dengan Rabb – Nya, untuk melepas kerinduan setelah beberapa jam tak bersua. Lantas nikmat Tuhan kamu yang manakah yang hendak kamu dustakan..? Seharusnya kita bersyukur atas nikmat terbesar ini karena dengan mudah seharusnya kita dapat melaksanakanya. Seharusnya kita tahu bahwa khusnul khotimah akan ditukarkan dengan syurga. Yang lebih indah dari dunia dan seisinya.

Aku berjalan bersama kedua sahabatku menuju masjid belakang kampus untuk melaksanakan perintah – Nya. Masjid yang menyatu dengan perumahan kartini itu begitu teduh dengan beberapa pohon yang ditanam disetiap pinggiran jalan sehingga meneduhkan sang pecinta yang tengah menuju yang dicintainya. Sang bayu pun menyapaku dengan semilir hembusannya di sore yang teduh ini. Mengehempaskan penat yang berusaha menggrogoti semangat yang tengah tercekat. karena hatiku sedang gundah gulana, penuh tanda tanya, serta was - was, tentang keputusan seorang akhwat ba’da Ashar ini.

Kulepas sepatuku, kaus kaki, serta merapikannya dan berjalan menuju tempat wudhu. untuk mencari ketenangan qolbuku.

Ku basuh kedua tanganku yang telah banyak melakukan kesalahan, ya Rabby hapuskanlah dosa kedua tanganku ini yang menyebabkan dosa pada indraku yang lain dan jadikanlah kedua tanganku ini sebagai perantara rizky halal – Mu dan jadikan aku nahkoda bagi bahtera rumah tanggaku yang sakinah mawaddah warrahmah. Ku bersihkan mulut dan hidungku yang banyak mengghibah ini, berharap agar Ia menakdirkan mulutku adalah pelafadz tahlil, tahmid, dan takbir, dan penyampai nasihat bagi keluarga baruku nanti. Ku basuh wajahku dimana disinilah tempat segala mula dosa itu. Riya dan sombong. Padahal dengan wajah ini seharusnya ku bersyukur. Kubasuh kepala dan kedua telingaku dan ku berdoa agar Sang Maha Pengasih dan Penyayang membersihkan isi kepalaku yang menyebabkan berbagai penyakit berkumpul. Dan memohon kepada Sang Maha Rahman dan Rahim untuk menghapuskan dosa telingaku yang sengaja mendengarkan yang diharamkan dan segera menggantikan dengan suara lembut bidadariku yang halal ketika membangunkanku di sepertiga malam. Kubasuh kedua kakiku yang banyak mengantarkanku ke tempat seharusnya tidak kutuju, dan aku berharap agar kedua kaki ini yang akan mengantarkan ku ke syurga karena mempercepat diri ini menyempurnakan setengah dien itu. Karena ku yakin Ialah yang maha memberikan ampunan, rahmat dan hidayah – Nya kepada sang pembuat dosa ini. Ku bertakbir menghamba dihadapan Sang Maha Besar. Kusadari bahwa diri ini sangatlah kecil sekali dihadapan – Nya. Kutitikkan air mata ini dihadapan – Nya ku berharap Ia mengampuni segala dosa – dosaku dan Ia benar - benar mengabulkan doaku memberikan bidadari itu sore ini setelah taaruf dua minggu yang lalu.

***

Selesai shalat ashar kami bertiga langsung menuju laboratorium MD untuk berbenah merapikan laboratorium tersebut mengambil tas dan segera pulang, karena sudah waktunya untuk pulang, selain itu hari ini adalah hari dimana keputusan setelah ta’aruf dua minggu yang lalu. Tapi aneh sekali tadi sekitar dzuhur Kak Herdy Murabbyku telah mengabariku bahwa beliau sudah ada dirumah “Fanny, m…lengkapnya Fanny Azzahrotul Maryam” tiba – tiba hati ini berdesir dan langsung ku ucap istighfar “Astaghirullohal adhzim”.

Kulihat handpone ku kembali, belum ada SMS juga. Aku sudah tak sabar menanti SMS itu tapi aku juga belum siap jika balasan SMS itu “Tidak” tidak sesuai dengan hatiku aku berharap sms itu “Ya”,ya agar Alloh mengabulkan doaku.

Kembali ku lihat handphone ku, belum juga. Aku duduk di meja dan memandangi hpku. Dan terus memikirkan jawaban itu.

“Fatih…..!!! enak saja antum gak bantuin.. malah ngelamun lagi, ana tau antum lagi nungguin keputusan. Tapi tetep rapiin dong, antum mau pulang gak sih?!”. Suara gelegar Ega membuatku tersentak dari lamunanku.

HP ku bergetar

“D.drrrt…..drrrrttt…drrrt” memang tidak ku beri nada. Ku silent karena shalat ashar tadi.

“SMS? Berarti dari…? Dari…? Kak Herdy., ada SMS Ega..!!!”

“Ya sudah buka saja, gitu aja kok repot” Ega masih saja cemberut.

“Ana, ana, gak berani, akh…” jawabku dengan suara yang makin melemah.

“Tolong bukakan akh…” pintaku

“Ya ampun Fatih…Fatih…dari tadi ditunggu sudah di balas malah ga berani buka, sini biar ana yang buka!” sekonyong – konyong ia rebut handphone dari tanganku.

“Assalamu’alaikum Wr Wb, adikku fatih, sebenarnya keputusan itu sudah ana dapat dari pukul satu tadi mengenai keputusan fanny, tapi afwan ana baru kabari antm sekarang afwan jangan berkecil hati. Ana tahu walau antum baru semester lima sementara fanny sudah lulus..”

“Cukup…!” Potongku

“Aku sudah tahu kelanjutannya, aku tidak diterima kan Ega?” Tiba – tiba saja air mata ku mulai mengalir.

“Aku memang tidak pantas untuknya kan akh, aku terlalu kotor akh, sedangkan ia begitu suci, ia dambaan semua ikhwan ia salihah, cantik, cerdas, dan, dan, sementara aku?, seharusnya aku sadar diri..”

“Apa – apaan kau fatih? Selesaikan dulu Ega membaca SMS itu, baru antum menyerah..! tiba - tiba Robby langsung memotong perkataanku

“Dengarkan jangan berisik..!” tambah Ega.

“Sementara fanny sudah lulus, tapi ia memilihmu untuk mejadikanmu sebagai suaminya, selamat ya adikku, maafkan ana karena terlalu lama mengabarimu. Herdy Leonardy”

Seketika itu aku langsung sujud syukur dan berdzikir mengucapkan hamdalah sebanyak – banyaknya.aku langsung bangkit dan memeluk kedua sahabatku.

“Selamat akhi, BarokAllohulaka” hampir berbarengan kedua sahabatku mengucapkannya.

“BarrakAllohufik, sahabat” balasku

“Mau tau lagi terusan SMSnya akh?” balas Ega

“Memang masih ada?” Jawabku sambil bertanya padanya.

“Dengar baik – baik ya, Nanti, ba’da, maghrib, kerumah, fanny, langsung ya, karena akan segera dibahas mengenai walimatul ursynya, fanny ingin sesegera mungkin dilaksanakan.” Tambah Ega.

“Sudah tinggalkan saja biar kami brdua yang merapikannya.” Kata Robby

Aku mengambil tasku dan langsung keluar

“Syukron Akhiiii….Trimakasih doa antum berdua.” Teriakku dari pintu laboratorium MD.

“Dasar kau Fatih awas ya lagi – lagi tidak Bantuin…” gelegar suara Ega terdengar dari tangga yang menyatukan lantai dua dan tiga.

***
Aku menuju tempat parkir motor mengambil Honda blade repsolku yang tengah tak sabar menantiku mengantarkan menuju rumahnya di Rawalumbu. Ku hidupkan dan tarik gasnya memanaskan mesinnya sejenak. Kupakai helm ku ucapkan salam dan terima kasih kepada Pak Unang, beliau security yang menjaga motor – motor para mahasiswa. Ku masukkan gigi satu dan ku putar gasnya sembari mengucap bismillah dalam hati. Menyusuri jalan menuju keluar gerbang kampus. Dan beberapa saat kemudian aku telah bersatu dengan jalan raya, meyusuri Jl. M. Hasibuan, yang padat diwaktu jam pulang. Aku benar – benar berlari bersama honda blade repsolku tak sampai sepuluh menitku telah sampai di pertigaan yang menyatukan jalan terusan Khairil Anwar dan Jl.R.A Kartini, sangat sulit sekali untuk dilewati padahal waktu sudah Menjelang Maghrib, aku tak mau mengecewakan Kak Herdy karena telat, beliau Murabby ku dan tentunya mengecewakan keluarga Fanny. “Syukron kak herdy antum telah mencarikanku jodoh yang Ia sediakan untukku.”

Ketika aku hendak mengambil ke kanan jalan namun tiba – tiba, sebuah mobil langsung lewat menyalipku, langsung saja ku tarik rem depan dan ku injak rem belakang tak ayal deritan dan bunyi yang ban yang terhenti bertriak. Ckiiiiiiiittttttt…..! aku sedikit menabrak bemper belakang mobil Mitsubishi lancer merah yang sekarang di depanku.

Yang anehnya sang sopir yang masih sebaya denganku itu malah memakiku dengan sumpah serapahnya yang kasar. Dan raut wajah yang begitu menjengkelkan. Aku beristighfar padahal itu jatah ku lewat ia malah menyerobotnya dan tanpa merasa bersalah malah memaki orang lain. Sabar Fatih sabar… “InnAlloha ma’asshobirin”.

Ia berhenti di depan motorku, membuka pintu mobilnya dan turun. Ia mendekatiku yang masih terkejut.

“Hei bang bisa naik motor ga?!!!” dia membentakku

“Lo mas, bukannya situ yang maen srobot jalan..” balasku


“Terserah gue mau srobot – srobet kek, memang jalan nenek moyang lo apa? Pokoknya lo kudu ganti rugi..!”

“Tapi saya yang lebih dulu mas” balasku.

“Ah, banyak omong lo..!”

“Wush…,” satu buah pukulan menghantam pundak kiriku, aku terjatuh karena masih duduk diatas motorku, motorku pun ikut terjatuh..”

Suasana menjadi macet total. Puluhan orang mengerumuni kami berdua.dan Berusaha meleraiku.

“Ada apa ini ribut – ribut.” seorang bapak berperawakan besar memisahkanku.

ku coba bertahan dalam kesabaranku dan kujelaskan panjang lebar padanya, dan pria itu pun ikut menimpali tak setuju degan penjelasanku. Akhirnya sang bapak menyuruhku menaiki motor untuk meninggalkan lokasi perkelahianku. Kuturuti saja waktu sudah menjelang maghrib aku masih sampai disini. Ah ku tinggalkan saja dia, kumaafakan, dalam hatiku.

Ku menaki honda blade respsolku,ku gebah ia,sekarang aku berada diatas jembatan, diatas tol timur. Terdengar suara mobil menderu dari belakang, kulihat melalui kaca spion motor ku. Sial ternyata ia lagi.

“Tin…! Tin…!” suara klakson mobilnya menyalak – nyalak. Ia tepat di samping kananku, di jalan Narogong raya. Ia makin dekat masih dengan tatapan garangnya dan caci makianya. Ia semakin bernafsu menabrakku.

“Woy..sial, mau kemana lo?” ia makin beringas. Makin memepetku. Hanya saja ia tidak langsung menabrakku karena di sebelahku ada motor yang jalan bersamaan.

Kupercepat laju honda blade respsolku. Namun langsung terhenti keadaan depan tertutup sedangkan dibelakangku malah lengang ia berhasil memperpendek jarak. Tinggal beberapa meter lagi. Ku turunkan laju honda bladeku karena aku tepat berada di belakang sebuah bis jurusan bogor, dan ia tepat dibelakangku, celaka ! Kuberusaha banting kekiri namun bemper depan mobilnya telah dapat menyentuh ban belakang motorku, celaka motorku selip, keadaan tak bisa ku kuasai, aku limbung ke bahu jalan dan…..

***
Aku tergeletak di atas tempat tidur tak tahu dimanakah ini, jam berapakah ini, sepertinya malam, aku belum shalat maghrib, yang ku ingat tadi aku masih di jalan raya, dan aku…??? Ah..kepalaku sakit sekali, ku raba kepala bagian belakang. Sakit sekali dan basah, kulihat tanganku, darah? Tiba – tiba semua jadi gelap kembali.

Aku siuman, samar – samar kulihat sekelilingku, hingga pandangan itu benar – benar jelas di mataku. Ada robby, Ega, Kak Herdy, keluarga Fanny dan Fanny. Tak terasa air mata ini mengalir terasa hangat namun begitu sejuk dihatiku. Aku mencoba tersenyum menatap mereka. mereka pun tersenyum sambil menyeka air mata masing – masing. Ku lihat Fanny sayu, ia masih menangis, Aku ingin berkata agar ia tidak menangis tapi suara itu tak bisa keluar dari mulutku,leherku terasa sakit,terasa seperti ada yang mengganjal di leherku.

Pandanganku kembali samar, aku tak bisa melihat mereka semua lagi, namun kulihat ada sesok lelaki begitu tampan dan bersih ia mengajakku pergi, begitu cepat tiba – tiba aku berada di depan sebuah pintu besar dan berukir indah. Ia membukakan pintu, ketika terbuka, subhanAlloh begitu menakjubkan. Aku benar – benar dalam keadan sadar .namun keadaan berubah, aku mengenakan pakaian yang sangat bersih putih dan berada di taman yang begitu indah, dengan pohon – pohon yang tumbuh subur dan tertata, hamparan bunga dan danau makin memperindah pandanganku. Aku Berjalan dengan menikmati pemandangannya yang begitu menakjubkan. Aku tak sendiri, aku bersama seorang wanita ia begitu anggun. Menggunakan gaun dan jilbab biru. Ia menggandengku dengan senyum terkembang cantik sekali. Fanny


Tidak ada komentar: