Radio Muslim

Selasa, 30 Agustus 2011

Mohon maaf lahir batin 1432 H...

Selasa, 16 Agustus 2011

Belajar Pada Anak Kecil, maukah?



Islamedia - Seorang gadis kecil pulang dari sekolah. Setibanya di rumah, ibunya melihat anak putrinya dirundung kesedihan. Maka ia pun bertanya kepada putrinya itu tentang sebab kesedihannya. Anak: “Aduhai ibuku, sesungguhnya ibu guru telah mengancam akan mengusirku dari sekolah karena pakaian panjang yang kupakai.”

Ibu: “Tetapi itu adalah pakaian yang dikehendaki oleh Allah, wahai putriku.”

Anak: “Benar, wahai ibu, akan tetapi ibu guru tidak menghendakinya.”

Ibu: “Baiklah, wahai putriku, guru itu tidak menghendaki, tetapi Allah meng­hendakinya. Lalu siapakah yang akan kamu taati? Apakah kamu akan mentaati Allah yang telah menciptakanmu dan membentukmu, serta yang telah mengaruniakan kenikmatan kepadamu? Ataukah kamu akan mentaati seorang makhluk yang tidak mampu memberikan manfaat dan madharat kepada dirinya?”

Anak: “Sesungguhnya saya akan taat kepada Allah.”

Ibu: “Bagus, wahai putriku, kamu tepat sekali.”

Pada hari berikutnya, gadis kecil itu pergi dengan mengenakan baju yang panjang. Tatkala ibu guru melihatnya, ia langsung mencela dan memarahinya dengan keras. Gadis kecil itu tidak mampu memikul amarah tersebut, ditambah lagi oleh pandangan teman-teman perempuannya yang mengarah kepadanya.

Tidak ada yang ia lakukan selain berteriak menangis. Kemudian, gadis kecil itu mengeluarkan kata-kata yang besar maknanya meski sedikit jumlahnya, “Demi Allah, saya tidak tahu siapa yang akan saya taati, anda ataukah Dia?”
Ibu guru itu pun bertanya, “Siapakah Dia itu?”

Anak itu menjawab, “Allah. Apakah saya harus taat kepada anda, sehingga saya mesti memakai pakaian seperti yang engkau kehendaki, tetapi saya berbuat maksiat kepada-Nya. Ataukah saya mentaati-Nya dan tidak mentaati engkau? Ah, biarlah saya akan mentaati-Nya saja, dan apa yang terjadi terjadilah.”

Aduhai, betapa agungnya kalimat yang keluar dari mulut si kecil itu. Sebuah kalimat yang menampakkan wald (ketaatan) yang mutlak kepada Allah. Gadis kecil itu bertekad untuk berpegang kuat dan taat ke­pada perintah Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa Akan tetapi….apakah bu guru itu hanya berdiam saja darinya?

Ibu guru itu meminta dipanggilkan ibu si anak kecil tersebut. Apa yang ia inginkan darinya?

Maka datanglah si ibu itu…

Ibu guru berkata kepada ibu anak kecil itu, “Sesungguhnya putri anda telah menasihatiku dengan nasihat paling besar yang pernah aku dengar di sepanjang hidupku.”

Benar, ibu guru telah mengambil pelajaran dan nasihat dari murid kecilnya. Ibu guru yang mengajarkan pendidikan dan telah mengambil bagian yang besar dari ilmu.

Seorang guru yang ilmunya tidak dapat menghalanginya untuk mengambil nasihat dari seorang gadis kecil yang mungkin seusia dengan putrinya.

Salam penghormatan, semoga terlimpahkan kepada guru ini. Salam peng­hormatan juga untuk gadis kecil yang telah memberikan pendidikan Islamiyah dan telah berpegang kepadanya.

Salam penghormatan untuk sang ibu yang telah menanamkan dalam diri putrinya rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Seorang ibu yang yang telah mengajarkan kepada putrinya rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Wahai ibu-ibu muslimah, di depan anda lah anak-anak anda. Mereka seperti adonan tepung. Anda bisa membentuknya sebagai-mana yang anda kehendaki, maka bersegera-lah untuk membentuk mereka dengan bentuk yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Ajarkanlah shalat kepada mereka
Ajari mereka ketaatan kepada Allah
Ajari mereka untuk bisa tetap tegar dan kokoh di atas kebenaran
Ajarkanlah semua itu kepada mereka, sebelum mereka menginjak usia baligh.
Karena jika pada saat mereka masih kecil tidak mendapatkan pendidikan yang baik, maka sesungguhnya anda sekalian akan menyesal dengan penyesalan yang besar, karena mereka akan menjadi anak-anak yang menyimpang pada saat mereka telah dewasa.

Gadis kecil ini tidak hidup pada zaman Sahabat dan juga Tabi’in. Sesungguhnya ia hidup pada zaman modern sekarang ini.
Ini menunjukkan bahwa, kita bisa menciptakan generasi-generasi semisal gadis kecil tersebut dengan izin Allah. Seorang gadis kecil yang bertakwa lagi berani untukmenampakkan kebenaran serta tidak takut akan cemohan dan ejekan orang orang, demi membela agama ALLOH.

Wahai saudariku yang beriman, inilah putrimu.
Ia berada dihadapanmu,
berilah ia air minum takwa dan kesalihan

Perbaikilah lingkungannya dengan cara menjauhkannya dari air yang kotor, serta bakteri yang membahayakan.

Hari-hari telah berada dihadapan anda,
Perhatikanlah apa yang akan anda perbuat,
terhadap amanah yang telah dititipkan kepada anda,
Oleh ALLOH Tuhan Pemilik langit dan bumi.

Bagaimana Mereka Mendidik Kami (Tulisan seorang Anak Kader Dakwah)



Islamedia - Saya bingung ingin memulai kisah ini dari mana ketika seseorang yang saya hormati meminta saya menuliskan tentang bagaimana orangtua saya mendidik saya—atau lebihnya tepatnya “kami”, saya dan adik-adik saya. Kedua orangtua saya, adalah orang yang betul-betul sederhana. Dan karena saking sederhananya itulah saya merasa bingung apa yang mesti saya tulis di sini.

Mereka bukan siapa-siapa di jagat raya ini. Mereka orang biasa, yang bila berada di antara kerumunan orang tak akan menjadi pusat perhatian. Tapi berbeda jika mereka sudah berada di rumah. Mereka seperti matahari, yang menjadi pusat perputaran planet-planet dalam gugusan bima sakti. Dan kamilah planet-planet itu.

***

Sebelum saya dipindahkan ke SDIT pada kelas 2 SD, saya bersekolah di SD Islam As Salafy. Namanya saja ada embel-embel “Islam”. Tapi nilai-nilai yang ditanamkan, layaknya di sekolah biasa. Nilai-nilai kebaikan standar. Malah, aneh betul kayaknya tiap orangtua murid dan guru memperhatikan saya lantaran saya memakai jilbab dan seragam sekolah yang lebih panjang dari yang lain. Seolah-olah ada yang salah dengan saya.

Ya, saya memang berbeda di antara sekian ratus siswa di sekolah itu. Mata murid-murid melirik, bertanya-tanya; kenapa pakai jilbab ke sekolah? Bukankah pakai jilbab kalau kita ke TPA saja? Apalagi kalau Ummi datang ke sekolah. Wah mencuri perhatian betul itu. Karena Ummi memakai gamis dan jilbab lebar lengkap pula pakai kaus kaki walaupun alas kaki yang digunakan cuma sandal jepit swallow. Kalau Ummi menambah pakaiannya dengan cadar, mungkin mata-mata itu bukan menatap atau melirik lagi. Tapi melotot. Sebaliknya, guru yang pakai jilbab dengan rok sepan sedengkul tidak dianggap aneh.

Mungkin itu perasaan ‘berbeda’ yang saya rasakan pertama kali dengan amat jelas. Pada kenyataannya memang keluarga kami berbeda dengan para tetangga. Tapi jangan salah, berbeda bukan berarti lantas kami menutup diri. Walau Ummi adalah orang yang tidak banyak omong, tapi Ummi ramah pada tetangga. Para tetangga menganggap keluarga kami mungkin keluarga santri atau setidaknya paham agama. Sehingga para orangtua mengirim anak-anaknya ke rumah kami untuk belajar mengaji.

Saya lupa bagaimana dulu orangtua saya menjelaskan pada saya dan adik-adik yang perempuan tentang jilbab. Seingat saya, kelas 1 SD itu saya sudah rutin memakai jilbab kalau keluar rumah. Walaupun baju yang saya kenakan tidak menutup seluruh aurat. Saya kecil kerap memakai baju tidur sedengkul-lengan-pendek, tapi berjilbab, berlari-larian main petak jongkok dengan anak-anak sebaya. Yang saya ingat dulu, Abi seringkali berteriak meledek saya kalau kedapatan saya tidak mengenakan jilbab. Ia memanggil saya begini; “Hei, Ahmad!”

Sebagai anak perempuan kecil, saya ogah diasosiasikan sebagai lelaki.

***

Di rumah kami ada barang yang baru kami punyai ketika saya SMP, yaitu televisi. Sebelumnya, kami tak mengenal baik benda itu. Pernah punya tivi, tapi tidak lama karena tivi yang kami punya masih hitam putih, tivi tahun 60-an dengan gambar yang kruwek-kruwek. Bentuknya juga antik, udah ga jaman banget di tahun 90-an itu; kotak kayu, dengan tombol-tombol untuk pindah channelnya di sisi kanan. Kacanya pun cembung bukan main. Tivi ini juga cuma bisa menangkap dua stasiun; TVRI dan TPI. Yah, mana ada yang mau berlama-lama menonton dengan tivi butut—sementara pada saat itu sudah eranya tivi berwarna dan ber-remote control?

Entah apa memang orangtua kami asli tidak mampu membeli tivi baru atau memang mereka punya prinsip sendiri soal tivi. Tapi yang jelas, tak mudah meminta tivi baru. Jangankan itu, meminta dibelikan mainan baru atau sesuatu yang sedang ngetrend saat itu di dunia anak-anak pun, kami mesti susah-susah mengajukan ‘proposal’ (berupa rengekan yang bisa berujung pada tangisan) apa manfaat barang itu bagi kami.

Ketika lagi trend koleksi kertas surat, hampir seluruh teman sekelas saya yang perempuan punya itu. Begitu juga teman sekelas adik saya. Demam kertas surat melanda satu sekolah (saat itu saya sudah sekolah di SDIT IQRO’). Rasanya, saya saja di kelas yang tidak punya koleksi semacam itu. Saya cuma menonton bagaimana teman-teman saya mengatur kertas-kertas surat nan wangi itu, mengeluarkannya dari map, menjejerkannya di meja, menumpuknya dengan rapi, memasukkannya lagi ke map, lalu mengulang ritme yang sama setiap ada kesempatan sembari bercerita ini beli di mana atau menukar dengan siapa.

Begitu juga saat demam stiker tokoh-tokoh kartun. Saya menjadi penonton. Atau ketika demam koleksi kertas file bergambar. Saya pun tidak punya itu. Atau (lagi) ketika demam pulpen gantung bak wartawan yang tintanya wangi, saya juga tidak punya itu. Saya berbeda. Dan kala itu, perasaan berbeda bukan lagi perasaan pertama, tapi ke sekian kalinya.

Ingin juga sih punya itu semua. Yah saya kan anak kecil biasa yang suka iri melihat milik teman. Tapi meminta pada orangtua itu semua, butuh energi untuk menjelaskan; sebenarnya untuk apa barang-barang itu? Dan orangtua kami, menanyakan hal tersebut bukan untuk basa-basi. Kalau memang kami tidak bisa menjelaskan alasan kenapa kami ingin barang-barang tertentu, mereka tidak akan memberikannya. Mau sampai nangis guling-guling di tanah pun, orangtua kami tidak akan mencabut kata-katanya. Belakangan, saya tahu sebenarnya hati Ummi sakit melihat anaknya meminta sesuatu sampai menangis apalagi sampai guling-guling di lantai. Tapi memang harus ada sakit yang tertanggung untuk sebuah kebaikan.

Ummi ataupun Abi tidak menurunkan posisi tawar demi melihat kami ngamuk sampai guling-guling. Mereka tidak lantas bilang: “Ya deh, ya deh… Abi belikan nanti…” Bagi mereka, kami tidak boleh belajar ‘menangis untuk mendapatkan sesuatu’.

Ketika sudah tenang dari isak tangis dan amukan, barulah ada kata-kata yang mampu meluluhkan hati.

“Bukannya ga boleh punya kertas file. Boleh-boleh aja, tapi kan tadi Ummi nanya; buat apa? Kalo cuma untuk dikoleksi, apa nggak buang-buang uang? Padahal kamu tuh butuh barang lain yang lebih penting. Coba aja liat besok. Pasti besok temen-temen kamu udah bosen sama kertas file. Ganti lagi koleksi yang lain. Dulu juga begitu kan? Semuaaaa punya kertas surat. Tapi lama-lama temen-temen kamu bosen sama kertas surat. Terus ganti sekarang ganti kertas file. Terus dikemanain kertas suratnya? Jadi bungkus cabe? Apa disimpen aja? Apa iya kertas suratnya dipake buat kirim surat ke temen?”

“Tapi kan semua temen punya, masa aku ga punya…”

“Udah, santai aja. Ga ditangkep polisi kok kalo ga punya kertas file…”

Saya yakin, orangtua saya tidak paham teori gelombang otak yang katanya, kalau ingin mendoktrin anak itu paling baik saat otak berada dalam keadaan tenang antara sadar dan tidak. Tapi memang, orangtua saya biasanya mendiamkan dan tidak memberikan wejangan apa-apa saat kami-kami ini mengamuk. Nasehat baru keluar ketika sudah capek menangis dan guling-guling, sementara otak mengirim sinyal ke mata agar mengantuk.

Rasanya, orangtua saya juga tidak berkata; “Nanti kalau Abi ada rezeki, Abi belikan ya kertas suratnya…”

Logis sih, karena bisa jadi ketika Abi ada rezeki, barang yang saya mau (misalnya kertas surat wangi dan bergambar indah itu) sudah tidak ngetrend lagi untuk dijadikan koleksi. Punya tapi telat, kan rasanya ketinggalan jaman banget. Dan memang trend itu begitu. Berubah dengan cepat seiring cuaca.

Ketika Abi ada rezeki, yang Abi belikan pada kami adalah buku. Macam-macam buku dan majalah. Kami juga berlangganan majalah anak-anak Aku Anak Saleh dan Orbit, di samping berlangganan koran Republika. Kami punya setumpuk koleksi kisah nabi-nabi terbitan Rosda Karya yang nama belakang penulisnya saya ingat “Pamungkas”. Saya ingat nama belakangnya saja, karena dulu saya pernah bertanya pada Ummi: “Pamungkas itu artinya apa, Mi?” Ummi jawab: “Terakhir”. Saya ngomong lagi: “Berarti dia anak terakhir dong, Mi?” Ummi jawab: “Iya. Bisa jadi…”. Itu sekedar intermezzo.

Jadi rasanya aneh kalau bilang orangtua saya pelit karena anaknya tidak dibelikan ini-itu yang dimau. Karena memang orangtua saya tidak pelit kalau sudah menyangkut hal-hal-yang-memang-kami-butuhkan-bukan-sekedar-keinginan. Saya ingat, Ummi bahkan pernah menjual cincin satu-satunya agar saya dan Rusyda (adik saya) bisa ikut acara kemah dari sekolah. Acaranya selama tiga hari dan banyak perlengkapan yang harus dibawa. Di saat yang bersamaan, Ummi dan Abi tidak punya cukup uang untuk biaya kemah tersebut. Maka Ummi pergi pagi-pagi ke Pasar Pondok Gede, menjual satu-satunya cincin miliknya yag polos tanpa ukiran dan permata sebagai hiasan, dan pulang ke rumah membawa pula barang-barang yang kiranya kam perlukan selama kemah.

Saya tahu kemudian Ummi menjual cincinnya untuk kami, ketika saya dapati pulang dari pasar Ummi tidak memakai cincin itu lagi. Padahal, cincin itu adalah ciri khasnya. Selalu ada di jari manis kanannya. Sehingga janggal sekali bila mendapati Ummi tanpa cincin emas polos itu.

Peristiwa sederhana ini yang kemudian selalu ingatkan saya; bahwa orangtua kami yang sederhana ini, sebetulnya kaya. Mereka punya banyak stok kesabaran untuk mendidik kami secara konsisten. Mereka punya banyak stok keikhlasan untuk tidak mengungkit apa yang telah mereka lakukan. Mereka punya banyak stok harapan untuk melihat kami menjadi ‘seseorang’ bukan ‘seonggok’.

Hikmah besar di balik ‘kepelitan’ mereka untuk tidak selalu memberikan apa saja yang kami minta; kami belajar menghargai apa saja yang mereka berikan. Kami masih menyimpan boneka yang Ummi belikan ketika kami masih kecil. Jarang-jarang kan Ummi belikan kami boneka? Jadi begitu Ummi memberikan boneka pada kami, boneka itu kami jaga baik-baik. Kami pajang di lemari. Begitu juga buku-buku dari masa kecil kami. Belakangan, kami sumbangkan buku-buku itu untuk taman bacaan dekat rumah.

Bukan hanya pemberian berupa barang, tapi juga momen-momen bepergian yang jarang kami lakukan. Sekalinya kami pergi bersama, walau itu hanya makan bersama di warung tenda pinggir jalan, kami benar-benar menikmatinya dan mengabadikannya dengan cara kami. Yang rajin menulis buku harian, menulis di buku hariannya. Yang senang menggambar, menggambarkan apa saja yang dilihatnya selama pergi bersama.

Coba kalau orangtua kami ‘murah hati’. Kami nangis sedikit, maka datanglah apa yang kami minta. Bisa jadi lambat-laun kami tidak menghargai apa-apa yang orangtua kami berikan karena saking seringnya menerima pemberian dari orangtua kami. Alih-alih berterimakasih, mungkin kami akan protes; “lho kok yang begini? Kan aku minta yang begitu!”. Dengan selektifnya orang tua kami dalam memberikan sesuatu, secara tak langsung kami belajar bagaimana harus berterimakasih dan menghargai pemberian orang lain.

Selain itu, ke-konsisten-an mereka untuk menolak membelikan sesuatu yang manfaatnya kecil, membuat kami belajar setiap kali ada benda yang kami inginkan. Kami belajar menganalisis sendiri, apakah benda itu kemudian layak kami miliki? Kalau tidak, sudahlah lupakan benda itu.

Lalu, adakah kemudian di saat dewasa dan punya penghasilan sendiri, saya dendam untuk memiliki benda-benda yang tak sempat saya miliki di waktu kecil? Untungnya tidak. Sebabnya karena itu tadi, kami senantiasa diajak menganalisis; apakah benda yang saya inginkan ini bermanfaat? Bahkan sampai sekarang, kalau saya punya uang sendiri dan mau beli sesuatu, Ummi pasti menodong dengan pertanyaan; buat apa?

Pernah juga terbersit; Kok Ummi gitu sih? Selalu tanya buat apa. Ini kan uangku sendiri!

Tapi entah bagaimana, ujung-ujungnya saya berpikir ulang; apa manfaat benda itu untuk saya? Dan urung untuk membeli benda tidak penting itu. Mungkin karena saking kuatnya doa Ummi, sampai-sampai saya selalu tidak bisa membantah apa kata Ummi. Walau awalnya membantah, selalu saja berakhir dengan gumaman pada diri sendiri; iya ya, bener juga.

***

Karena kami keluarga sederhana, imbasnya bukan saja susah kalau mau meminta sesuatu. Tapi juga berimbas dari desain rumah kami yang sederhana. Ruangan yang disekat hanya kamar tidur dan kamar mandi. Ruang tamu, ruang tengah, ruang makan menyatu tanpa sekat. Tidak ada lantai dua. Kamar pun hanya tiga; kamar orangtua, kamar anak perempuan, dan kamar anak laki-laki. Tagline untuk rumah kami; ke kanan nyenggol, ke kiri nyenggol.

Hikmahnya punya rumah dengan desain nge-blong begini adalah adanya kontrol yang maksimal di antara anggota keluarga. Kalau ada satu anak yang lagi suram, seisi rumah akan segera tahu karena pas sembunyi di kamar, eh saudara yang lain masuk kamar (yang memang nggak ada kuncinya) terus melihat saudaranya yang satu ini lagi menangis. Melaporlah si saudara yang lain ini pada Ummi; “Mi, Kak Anu nangis di kamar…” Nanti kata Ummi; “Husss… udah diemin dulu…”

Walaupun begitu, Ummi dan Abi menghargai privasi kami. Mereka tidak pernah membuka-buka laci kami tanpa keperluan. Mereka percaya sekali, bahwa satu sama lain di antara kami akan saling mengingatkan kalau misalnya ada suatu barang yang bermasalah. Kan kalau barang itu disembunyikan, artinya barang itu bermasalah. Misalnya saja saya menyembunyikan coklat. Tidak perlu menunggu besok, adik saya yang lain sudah akan menemukannya di hari yang sama. Dan coklat itu memang barang yang bermasalah karena tidak dibagi.

Masih soal kontrol di antara anggota keluarga, semua ruangan yang bermuara di ruang tengah ini juga membawa keuntungan tersendiri bagi Ummi dan Abi. Mereka jadi mudah mengontrol aktivitas kami. Cukup duduk di ruang tengah, maka akan terlihat si Asiah lagi apa, Rufaida lagi apa, Hania lagi apa, dan yang lainnya. Selain itu, juga jadi mudah melihat siapa yang sudah sesore ini belum pulang ke rumah.

Sosialisasi pun tak perlu membuang energi banyak. Misalnya, merutinkan mengaji setiap habis maghrib. Tak perlu menggedor setiap pintu kamar sambil bilang: “hoi, ngaji!”. Sekali lagi, duduklah Ummi di ruang tengah sambil bilang; “ayo, ayo ngaji…” kemudian Ummi dan Abi mengaji di ruang tengah. Yang tadinya urung mengaji, jadi malu sendiri karena seisi rumah mengaji. Begitu juga kebiasaan berdiskusi di rumah kami. Ummi dan Abi jarang berdiskusi hanya berdua di kamar—kecuali kalau hal yang mereka diskusikan bukan menjadi urusan kami. Mereka terbiasa membaca buku, menghafal Qur’an, hadits, juga berdiskusi—dari soal agama, politik, sosial, sampai ekonomi—di ruang tengah. Mau tak mau, kami jadi ikut mendengar dan terbiasa dengan iklim itu.

Abi dan Ummi juga biasa menceritakan apa yang mereka alami hari itu kepada kami semua. Walau mungkin sebenarnya menceritakannya hanya kepada Abi atau Ummi. Tapi apa mau dikata, mereka bercerita di ruang tengah. Kami juga jadi ikut-ikut dengar, lalu nimbrung, lalu ikut-ikutan bercerita. Lama-lama kami pun biasa saling bertukar pengalaman di ruang tengah. Entah sambil makan, atau sambil belajar.

Orangtua kami tidak memaksakan terbangunnya suasana akrab. Mereka tidak memaksa diri mereka untuk nyambung dengan dunia kami. Suasana akrab itu terbangun karena kebiasaan yang sudah lama dibiasakan sejak kami masih kecil; saling terbuka dan bercerita. Rasanya kok aneh saja kalau tidak cerita ke Ummi. Sehingga keresahan-keresahan yang kami rasakan—terlebih yang berhubungan dengan identitas kami sebagai muslim/ah yang mencoba ber-Islam secara kaffah—akan tercetus begitu saja, tanpa perlu ragu menceritakannya pada orangtua.

***

Kalau memutar kembali memori, sepertinya orangtua kami tidak terlalu repot menjebloskan kami untuk aktif dalam tarbiyah. Pemahaman kami akan pentingnya tarbiyah, tidak dipupuk dalam sehari langsung jadi. Di rumah sederhana kami, permasalahan ummat menjadi tema diskusi asyik. Dari diskusi ke diskusi, kesadaran kami akan pentingnya tarbiyah menjadi tumbuh sendiri. Pada awalnya malas datang ke tempat liqo. Kan bisa belajar aja sama Ummi, bantah kami. Tapi Ummi bilang, di rumah belajar juga, di luar belajar lebih banyak lagi. Tidak tanggung-tanggung, saya dan Milla sempat merasakan bagaimana Abi benar-benar amat memaksa kami sampai-sampai kami diantar ke tempat liqo, dan ditunggui pula sampai liqo selesai.

Kesannya, Abi kok kayak ga punya kerjaan lain aja selain nganterin anak liqo dan nungguin. Tapi pemaksaan serupa itu, membuat kami mencerna sendiri; berarti liqo itu emang penting banget ya, sampe-sampe Abi mau nganter dan nungguin aku…

Kami juga tidak lepas dari badai keinginan ingin pakai celana panjang dan jilbab agak naik sedikit. Keresahan itu kami ungkapkan pada Ummi; “kok si Anu pakai bajunya begitu, Mi. Aku boleh ga pakai baju kayak dia? Abis kemaren aku ke sekolah pakai rok dibilangnya kayak ibu-ibu…”

Nah lho… kalo saya jadi Ummi, saya bingung juga mau nasehatin kayak apa.

Ummi pada awalnya membolehkan kami memakai celana panjang asal longgar. Jilbab juga yang penting menutup dada, tidak perlu sampai lewat pinggang. Tapi kok ya baju yang dibelikan Ummi pada kami lagi-lagi rok. Ya apa boleh buat. Toh roknya juga not bad kok. Dan Ummi sekali waktu bilang: “perempuan itu lebih anggun tau kalo pake rok…” agak membesarkan hati sedikit. Tapi kemudian di sekolah, dikomentarin teman lagi: “Perasaan lo pake rok terus deh, sekali-kali dong pake celana panjang… gue pengen deh liat penampilan lo pake celana panjang…”

Komentar teman seperti di atas selalu bikin ciut. Untung kami punya Ummi. Lagi-lagi lapor ke Ummi, teman komentar begini, begitu. Ummi akan bilang: “ga usah didengar… Mereka memang selalu berkomentar. Orang itu kalau mau jadi lebih baik memang cobaannya banyak. Kalau kamu ciut hanya karena komentar begitu, sekarang bayangin jaman dulu waktu jilbab belum zamannya, perempuan yang pakai jilbab dijauhi orang, disangka aliran sesat, bahkan ada yang diusir dari rumah… Padahal perintah pakai jilbab itu ada di Al Qur’an, tapi malah dihina…”

Cerita-cerita itu membuat kami merasa tidak sendiri. Lagipula, kami biasa berbeda. Kami tidak tinggal di tengah-tengah keluarga tarbiyah yang lain. Kami tinggal di kampung yang tingkat pendidikan masyarakatnya rendah sampai-sampai anak kecil diajarkan buang air di kebun-kebun. Sampai-sampai pula, keluarga kami dicap orang Muhammadiyah yang kalo mens pun perempuan tetap sholat, dan kalau ada yang meninggal tidak disholatkan. What? Kayaknya orang Muhammadiyah ga gitu deh…

Jadi, menjadi berbeda di sekolah atau di antara teman sepermainan, adalah menambah sedikit daftar perbedaan kami. Orangtua selalu membesarkan hati kami lewat cerita dan diskusi. Bahwa menjadi berbeda itu sama sekali tidak buruk. Untungnya, nasehat ini tidak serta merta muncul ketika kami puber, di mana kami sudah kenal ‘dunia luar’. Mungkin karena Ummi saya tidak sibuk, dan Abi juga tidak sibuk dalam pekerjaan, jadi kami tidak mengalami missing age di mana ada kalanya kami jauh dari Ummi dan Abi. Mereka benar-benar orang terdekat kami dan teman sejati kami; orang-orang pertama yang kami hampiri ketika ada keresahan dan pertanyaan. Dan saya yakin betul, kedekatan ini tidak dibangun dalam hitungan hari, tapi hitungan tahun; sejak saya masih kecil, hingga kini umur saya menginjak 24 tahun.

***

Tidak ada hal khusus yang diterapkan orangtua kami untuk mendidik kami. Tidak ada buku parenting bertumpuk-tumpuk. Mereka tidak hapal teori psikologi pendidikan. Bahkan mungkin tidak tahu juga ada teori itu. Mereka juga tidak rajin ikut seminar-seminar parenting. Mereka terlampau sederhana untuk itu semua. Mereka mendidik kami dengan ilmu yang mereka punya ditambah dua hal saja: kontinyu dan konsisten. Kontinyu dalam hal mengingatkan, menasehati, dan mencontohkan. Konsisten dalam hal sekali bilang tidak maka tidak; tidak ada prinsip yang berubah.

Seperti matahari pada gugusan bima sakti, mereka terus menyinari, terus menjadi pusat kehidupan kami, tak bosan, tak lelah.

Minggu, 24 Juli 2011

Menangis Sebagai Bahasa Komunikasi Isteri

Oleh : Cahyadi Takariawan

Dalam kehidupan rumah tangga, banyak sekali cara yang digunakan untuk berkomunikasi. Suatu ketika suami dan isteri bisa berdiskusi dengan lancar tentang berbagai macam tema. Mereka berdua mengobrol, bercerita, berdialog tentang berbagai urusan rumah tangga hingga urusan dunia. Mereka bisa saling mengungkapkan perasaan dan keinginan masing-masing dengan lancar, tanpa kendala dan tanpa kekakuan suasana.

Namun relasi suami isteri sering mengalami fluktuasi, kondisinya bisa sangat cepat berubah. Ada masa dimana hubungan di antara mereka menjadi jauh dan berjarak. Mereka berdua tidak bisa nyaman berdiskusi, tidak bisa jenak bercerita, tidak bisa lancar berkata-kata. Suasana di dalam rumah terasa sangat kaku bahkan sangat menyiksa. Ada suasana asing dan aneh yang menyelimuti rumah tangga, sehingga mereka berdua memilih saling mendiamkan dan tidak bertegur sapa.

Kadang ada keinginan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saat isteri memendam banyak sekali perasaan yang tidak bisa ditumpahkan dengan kata-kata, maka mengalirlah air mata. Rata-rata kaum perempuan lebih mudah dan lebih banyak menangis dibanding rata-rata laki-laki. Konon, rata-rata perempuan menangis sekitar 47 (empatpuluh tujuh) kali dalam setahun, sedangkan laki-laki hanya 7 (tujuh) kali saja. Tingginya hormon prolaktin dalam tubuh perempuan diduga menjadi salah satu penyebabnya.

Ketika isteri menangis, sesungguhnya ia sedang mengekspresikan perasaan dan mencurahkan keinginan yang terpendam. Ia ingin mengungkapkan sesuatu, namun tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Mungkin perasaan sangat bahagia, mungkin perasaan sangat terluka, mungkin perasaan sangat kagum, mungkin perasaan sangat benci. Air mata lebih bisa mewakili perasaan yang ingin diungkapkan dibandingkan dengan kata-kata. Ada sangat banyak keterbatasan kata untuk mewakili suasana hati.

Bagi para suami, hendaklah semakin pandai memahami bahasa komunikasi yang satu ini. Saat melihat isteri menangis, pahamilah ia tengah berkomunikasi dengan bahasa air mata. Oleh karena itu tidak layak bagi para suami untuk memarahi isteri yang sedang menangis, atau memaksanya untuk diam. Apalagi jika sampai mengancam dan menggunakan kekerasan dalam rangka membuat sang isteri menghentikan tangisnya. Bukankah ia sedang berkomunikasi lewat tangisnya, mengapa dipaksa diam ? Para suami harus bersedia mendengar dan menampung tangis isterinya, sebagai bagian dari media berkomunikasi.

Ada sangat banyak pesan yang bisa disampaikan lewat tangis isteri. Para suami harus semakin pandai memahami pesan yang sedang disampaikan isteri lewat tangisnya. Mungkin saja ada pesan seperti ini yang hendak disampaikan sang isteri melalui tangis :

“Aku sungguh sangat mencintaimu”.
“Aku tidak ingin kehilanganmu”.
“Aku sangat bangga menjadi isterimu”.
“Suamiku, betapa bahagia hatiku berdekatan denganmu”.

Atau bisa jadi, ada pesan seperti ini :
“Engkau benar-benar tidak memahami perasaanku”.
“Engkau salah mengerti tentang diriku”.
“Engkau tidak pernah mempedulikanku”.
“Engkau tidak tahu betapa sangat sakit hatiku”.

Mungkin juga, isteri sedang mengirim pesan seperti ini :
“Aku kecewa sekali dengan sikapmu”.
“Engkau lelaki yang sangat kasar dan tidak berperasaan”.
“Aku sangat membenci perbuatanmu”.
“Malu sekali aku menjadi isterimu”.

Ketika selesai menangis, ada perasaan lega. Seperti telah berhasil melenyapkan gunung yang menghimpit tubuhnya. Perasaannya lebih nyaman dan suasana emosinya menjadi lebih stabil. Apalagi ketika suami mendekat dan memeluknya dengan penuh kasih sayang serta kelembutan, serasa perasaannya lebih terdukung. Ia merasa memiliki arti dan dihargai. Ia merasa dimengerti dan dicintai. Ia merasa benar-benar disayangi.

Namun apabila suami berlaku keras dan kasar saat isteri menangis, justru akan memperpanjang tangis sang isteri. Dipastikan suami akan gagal menangkap pesan nonverbal yang disampaikan lewat tangis sang isteri, jika ia melakukan tindakan kekerasan dengan memaksa isteri menghentikan tangisnya. Sungguh sebuah tindakan bodoh memaksa isteri berhenti menangis dengan cara yang keras dan kasar, karena pasti tidak akan berhasil.

Para suami harus menyediakan kelapangan dada untuk menampung dan mendengarkan tangis sang isteri. Jangan disikapi dengan cuek, pura-pura tidak tahu, sengaja tidak mempedulikan, atau bahkan melakukan tindakan kekerasan untuk memaksa menghentikan tangis. Pahamilah bahwa air mata merupakan salah satu bahasa komunikasi, seperti bahasa komunikasi lainnya. Maka saat isteri menangis, pertanda ia tengah mengajak berkomunikasi, dan suami harus merespon komunikasi itu dengan bahasa yang tepat.

Kadang kala suami merasa jengkel karena ia telah sangat lelah dan jenuh menghadapi permasalahan di luar rumah. Ia telah sangat penat menghadapi persoalan di kantor tempatnya bekerja, dan ingin ada suasana rehat di rumah. Ia ingin istirahat dan ingin meringankan beban yang tengah dirasakan akibat persoalan di dunia pekerjaan. Namun di rumah ternyata menjumpai suasana yang tidak diharapkan. Sesampai di rumah ia menjumpai isterinya berlaku asing dan sangat sensitif. Menyambut kedatangan suami dari kerja bukan dengan senyum dan keramahan, justru dengan ledakan tangis.

Menghadapi situasi seperti itu, para suami harus bersikap dingin. Tidak boleh emosional. Para suami harus menyadari bahwa isteri dan anak-anak di rumah memiliki hak untuk mendapatkan dirinya dalam suasana yang segar, selalu fresh. Sebagaimana kantor tempatnya bekerja, ingin mendapatkan dirinya selalu dalam suasana segar dan penuh semangat. Tidak layak kesegaran dan semangatnya hanya diberikan untuk kantor, sementara pulang dengan sisa-sisa tenaga. Sisa-sisa kesegaran, sisa-sisa perasaan, sisa-sisa semangat saja yang dibawa pulang ke rumah.

Isteri selalu menjumpai suami dalam suasana kusut saat di rumah, padahal isteri juga sedang mengalami banyak masalah. Maka muncullah suasana sentimentil, dan meledaklah tangis isteri di saat suami sedang menghendaki ketenangan. Kondisi ini harus disikapi dengan tenang dan proporsional. Para suami hendaknya membaca bahwa tangis sang isteri merupakan bahsa komunikasi. Ada pesan yang hendak disampaikan lewat tangis itu. Kendati sedang dalam suasana lelah dan jenuh, para suami harus bersikap dingin hati dan sejuk pikiran. Hadapilah dengan sepenuh jiwa, bahwa itulah realitas kehidupan yang senyatanya.

Kita tidak sedang hidup di dunia sinetron atau sinema. Kita hidup di alam yang senyatanya. Maka berbagai peristiwa kehidupan harus disikapi dengan bijaksana. Hadapi tangis isteri dengan bahasa perasaan. Tampunglah tangisnya, kendati anda juga sedang dalam kondisi jenuh dan penat menghadapi problematika dunia kerja di luar rumah. Dengan cara itu, anda berdua telah merajut bahasa komunikasi lewat hati. Suami tidak perlu kaget dan risau dengan tangis isteri, dan isteri tidak perlu kecewa karena tangisnya tidak ditanggapi.

Semakin lama usia pernikahan anda, harus semakin pandai memahami setiap simbol dan bahasa yang digunakan pasangan dalam menyampaikan pesan. Menangis adalah salah satu simbol dan juga bahasa, yang sering digunakan para isteri untuk berkomunikasi. Jangan lagi disalahpahami para suami.

Menjadi Anak Yang Baik

Oleh : bapak Cahyadi Takariawan

Anak-anakku, sesungguhnya jalan hidup ini adalah pilihan, dan engkau harus memilihnya. Ada teramat sangat banyak cara menjalani hidup, dan engkau bisa menyaksikannya dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Cobalah perhatikan orang-orang di sekitarmu, adakah mereka sama semua ? Tidak, engkau melihat mereka berbeda-beda. Tidak sama. Cara mereka berpakaian, cara mereka berbicara, cara mereka mendapatkan harta, cara mereka mendapatkan kedudukan, ternyata memang berbeda-beda.

Semua orang tua pasti mengkhawatirkan anak-anaknya di zaman sekarang ini. Apa yang mereka khawatirkan ? Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi telah membuat semua menjadi mungkin dilakukan. Untuk menjadi baik atau untuk menjadi jahat, lebih mudah direalisasikan karena bantuan teknologi. Inilah yang dikhawatirkan semua orang tua. Mereka khawatir anak-anaknya terbawa ke dalam kerusakan moral. Mereka khawatir anak-anak akan menjadi jahat dan tidak mengenal kebaikan. Semua orang tua menghendaki agar anak-anak mereka menjadi anak baik.

Jangankan orang tua yang salih, sedangkan orang tua yang tidak salih sekalipun ingin agar anak-anaknya menjadi salih, menjadi baik, tidak seperti orang tuanya. Ini adalah fitrah manusia, yang telah diciptakan Allah dalam kondisi kebaikan. Seburuk apapun orang tua, pasti menghendaki agar anaknya menjadi baik. “Biarlah orang tuanya saja yang rusak dan jahat, yang penting semua anak-anak berada dalam kebaikan”, demikian keinginan mereka. Tidak ada orang tua yang bercita-cita menjadikan anaknya menjadi jahat dan rusak moralnya.

Anak-anakku, untuk menjadi anak yang baik tidaklah sulit sebagaimana dibayangkan banyak orang atau banyak teman-temanmu. Mereka suka mengatakan betapa sulit menjadi anak baik, karena terlalu banyak aturan. Ketahuilah anak-anakku, menjadi anak yang baik itu memerlukan sejumlah usaha, sebagaimana untuk menjadi anak yang jahat juga memerlukan sejumlah usaha. Sama-sama mengeluarkan energi untuk membentuk diri, mengapa harus memilih menjadi jahat ? Mengapa tidak memilih menjadi anak yang baik ?

Aku akan mengajakmu mengenal cara bagaimana menjadi anak yang baik, sehingga engkau akan mengenal pula usaha yang harus dilakukan untuk mewujudkannya.

Pertama, kenali Tuhanmu
Anak-anakku, kita semua sebagai makhluk harus mengenal siapa Yang Menciptakan kita. Engkau harus mengenal Tuhanmu, Tuhan yang memberimu rizki, yang memberimu kehidupan, yang memberimu pengetahuan, yang meberimu berbagai kenikmatan. Engkau harus mengenal Tuhanmu yang sangat baik kepadamu. Telah memberikan bentuk tubuh yang elok, telah memberikan kemampuan yang terus berkembang, telah memberikan ilmu yang membuatmu mengerti banyak hal tentang dunia.

Anak-anakku, jika engkau perhatikan makhluk hidup di sekitarmu, siapakah yang memberi rizki kepada mereka ? Lihatlah semut, mereka bisa bertahan hidup, tanpa kita memberikan makanan sedikitpun. Mereka bisa beranak-pinak dalam jumlah yang banyak, tanpa pernah merasa khawatir akan rizki anak-anaknya. Ikan-ikan di sungai yang berenang dengan bebas, adakah kita membiayai hidup mereka? Ikan-ikan itu mampu mempertahankan keturunannya dan tidak kesulitan dalam mendapatkan penghidupan.

Burung-burung yang terbang tinggi di angkasa, kitakah yang memberinya makan setiap hari ? Berapa banyak jenis burung yang sama-sama mencari makan, namun toh mereka tak pernah kelaparan. Unggas-unggas yang mengepak-ngepakkan sayapnya dengan riang sepanjang hari, siapakah yang telah memberi makan kepada mereka ? Bisakah engkau menghitung jumlah unggas di muka bumi ini, nyatanya mereka mampu hidup mandiri.

Dan berapa banyak jenis makhluk hidup di muka bumi ini, tanpa pernah bisa kita menghitung jumlah mereka, siapa yang menjamin hidup mereka sehari-hari ? Engkaukah, akukah, atau siapa¬kah Sang Maha Pemberi Rizki itu ? Siapakah Sang Pemberi Kehidupan itu ? Pasti bukan engkau, bukan pula aku.

Wahai anak-anakku, siapakah yang menumbuhkan batang-batang padi di sawah, hingga ia berbulir dan menguning, merunduk, dan siap dipetik ? Siapa pula yang menurunkan air dari langit, agar bumi menjadi segar, dan tetanaman bisa tumbuh subur di atasnya ? Siapa pula yang menegakkan batang pepohonan, membesarkan pokok, batang dan tangkainya, lalu menjadi gelondong-gelondong kayu yang siap dijadikan bahan kebutuhan manusia ?

Siapakah yang menanam pasir-pasir besi, hingga manusia bisa mengambil dan mengolahnya untuk teknologi ? Siapakah yang memancarkan tambang-tambang minyak di tetanah tandus nan gersang, lalu berebutlah manusia menguasai ladang-ladang minyak itu untuk kemapanan ekonomi mereka ? Wahai, siapa¬kah yang menabur benih-benih emas murni di bumi yang luas, hingga terciptalah kilau cahaya kekuningan ? Siapakah yang menerbitkan matahari, agar sinarnya menjadi energi yang menghidupi makhluk bumi ….

Tidakkah engkau belajar dari alam, lalu tersungkur, ruku’ dan sujud di haribaan Yang Maha Perkasa, karena kagum akan keluarbiasaan kemurahan dan curahan kasihNya ? Siapakah Dia, anakku ? Ya, Dialah Allah, Tuhan Yang Maha Sempurna. Tuhan yang telah sangat baik kepada kita, maka wajib bagi kita mengikuti aturanNya. Tuhan yang sangat pemurah kepada kita, maka wajib bagi kita untuk menyembahNya. Tuhan yang sangat kasih kepada kita, maka wajib bagi kita untuk mencintaiNya di atas segalanya.

Kedua, kenali jalan Kenabian
Anak-anakku, Tuhan telah mengutus para Nabi untuk membimbing hidup manusia. Sesungguhnyalah manusia akan berada dalam kesesatan apabila tidak ada Nabi yang membimbing mereka menuju cahaya. Para Nabi telah menuntun kita kepada sebuah jalan kehidupan yang akan membawa kita menuju kebaikan dan kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun di akhirat kelak. Itulah yang aku sebut sebagai jalan Kenabian, jalan lurus yang digariskan Sang Nabi untuk kita ikuti.

Banyak sekali manusia memilih jalan sendiri dalam kehidupannya. Ketahuilah, jalan-jalan yang ditempuh itu tidak menjamin manusia mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat, kecuali apabila jalan itu sesuai dengan yang telah dituntunkan Sang Nabi. Banyak manusia yang tersesat dalam kehidupan, mereka mendapatkan kesuksesan material, mereka mendapatkan kedudukan tinggi, harta melimpah dan jabatan yang strategis. Namun ternyata tidak membawa mereka menuju kebahagiaan. Lihatlah betapa banyak orang yang hidup merana, tersiksa dan tidak bahagia padahal bergelimang harta dunia.

Jalan Kenabian membawa kita menuju kehidupan yang seimbang, sedangkan jalan lainnya selalu cenderung terjebak dalam sisi keduniaan, sisi kebendaan, sisi materi dan mengabaikan sisi spiritual, mengabaikan sisi akhirat. Hidup kita harus seimbang, anak-anakku, karena itulah yang akan menghantarkan kita menuju kebaikan yang hakiki. Seimbang antara urusan dunia dan akhirat, seimbang antara segi ruhani dan jasmani, seimbang antara spiritual dan material, seimbang antara usaha dan doa. Begitulah jalan yang diajarkan Sang Nabi. Jalan keseimbangan yang akan membawa manusia menuju kebaikan dan kebahagiaan.

Anak-anakku, engkau melihat betapa banyak orang yang rusak badan, pikiran dan hatinya, karena mereka mengeksplorasi kesenangan sesaat. Semua ingin mereka rasakan, semua ingin mereka nikmati tanpa peduli aturan Sang Nabi. Mereka hancurkan tubuh dan pikiran dengan berbagai hal yang memabukkan dan merusakkan. Mereka hancurkan masa depan bangsa dan negeri ini dengan kelakuan bejat setiap hari. Internet hanya menjadi sarana kemaksiatan bagi mereka. Komputer hanya menjadi sarana kejahatan bagi mereka. Harapan apa yang bisa dititipkan kepada mereka yang tidak mengenal jalan Kenabian ? Tidak ada.

Ketiga, hormati orang tuamu
Anak-anakku, kedua orang tuamu telah menjadi lantaran keberadaanmu di dunia ini. Ibumu telah mengandung dan melahirkanmu dengan susah payah, penuh perjuangan yang sangat hebat. Kedua orang tuamu telah merawatmu dengan penuh kasih sayang. Siang dan malam mereka menjagamu saat engkau masih bayi, terkadang ayah dan ibumu harus begadang semalaman karena engkau sakit. Itu mereka lakukan dengan penuh perasaan cinta dan tanggung jawab.

Sekarang setelah engkau semakin besar dan terus tumbuh berkembang, kedua orang tuamu berusaha mendidik dengan baik, serta mencarikan sekolah yang berkualitas untuk masa depanmu. Lihatlah ayah dan ibumu bekerja keras mencari penghidupan demi membahagiakanmu. Mereka tidak tega melihat engkau berjalan kaki tanpa alas kaki, maka mereka membelikanmu sepatu. Mereka tidak tega melihatmu menempuh jarak yang jauh untuk sekolah, maka mereka membelikan sepeda untukmu, atau memberikan uang agar engkau naik angkutan umum. Padahal engkau melihat uang mereka sebenarnya terbatas, bahkan kadang mereka juga mengalami kesulitan keuangan.

Kedua orang tuamu mungkin saja menjengkelkanmu karena aturan-aturan yang engkau rasakan terlalu mengurangi kebebasanmu. Namun sesungguhnya yang mereka lakukan adalah untuk kebaikanmu. Mereka sangat ingin menjagamu, sehingga terkadang keinginan seperti itu membuat mereka berlebihan dalam memberikan aturan untukmu. Jika engkau merasa tidak nyaman dengan beberapa aturan yang diberikan, hendaklah engkau bicarakan baik-baik dengan mereka berdua. Tanyakan apakah ada cara lain yang lebih melegakan bagimu dan bagi kedua orang tuamu, sehingga semua merasa nyaman dan tidak saling tertekan.

Engkau tidak boleh memberontak dan melawan orang tuamu, karena sesungguhnya semua bisa dibicarakan baik-baik bersama mereka. Percayalah, mereka sangat mencintaimu dan tidak ingin mengecewakanmu. Salurkan ketidaksukaanmu atas beberapa sikap dan aturan yang mereka berikan, dengan jalan pembicaraan yang santun dan penuh hormat. Orang tuamu pasti akan mendengarkan pendapatmu jika memang pendapatmu itu masuk akal dan tidak membahayakan kebaikan dirimu dan keluargamu.

Keempat, belajarlah dengan tekun
Anak-anakku, masa muda adalah masa-masa emas dalam pembelajaran. Maka tekunlah belajar menuntut ilmu. Manfaatkan waktu dan kesempatan untuk mendalami banyak ilmu pengetahuan, karena kelak itu semua akan engkau perlukan dalam menjalani kehidupan. Jangan sia-siakan waktu emasmu ini dengan kegiatan yang tidak bermanfaat bagi kebaikanmu dan bagi masa depanmu. Gunakan waktu sebanyak mungkin untuk belajar dan mencerap berbagai macam ilmu, baik di rumah, di sekolah maupun dalam lingkungan sekitarmu.

Saat engkau sekolah, ikutilah program pendidikan di sekolah dengan baik. Manfaatkan berbagai fasilitas yang ada di sekolah untuk mengasah kepandaianmu, untuk melatih ketrampilanmu, untuk menumbuhkan kemandirianmu. Sangat banyak fasilitas sekolah yang sering disia-siakan para pelajar, seperti perpustakaan dan sarana-sarana kegiatan lainnya. Banyaklah bertanya kepada guru dan seringlah berdiskusi dengan teman-temanmu, itu semua akan menambah wawasan dan ketrampilan sosialmu. Ikuti pula kegiatan organisasi untuk mengasah kemampuan manajerial dan bakat kepemimpinanmu.

Sesungguhnya sangat banyak ilmu yang bisa engkau dapatkan selama masa pembelajaran. Itu semua akan engkau rasakan manfaatnya kelak ketika sudah dewasa. Sekolah bukan hanya untuk mendapatkan ijazah, namun untuk mendapatkan kematangan jiwa, pemikiran, perasaan dan berbagai ketrampilan. Sekolah akan mencetakmu menjadi manusia pembelajar yang akan engkau teruskan setelah selesai masa pendidikan kelak. Jiwa pembelajar ini sangat penting bagimu, karena engkau akan sering berada dalam suasana baru di dalam mengarungi kehidupan yang sesungguhnya kelak.

Kelima, berteman untuk memperkuat kebaikan
Anak-anakku, sesungguhnya semua dari kita memerlukan teman. Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Kita selalu saling memerlukan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, engkau harus bisa bergaul dan memilih teman yang tepat untuk memperkuat kebaikanmu. Sangat banyak jenis teman, dan engkau bisa bergaul dengan semua dari mereka sesuai tingkat keperluan yang engkau inginkan. Namun batasannya jelas, bahwa pertemananmu harus memperkuat kebaikanmu, syukur bisa memperkuat kebaikan teman-temanmu pula.

Semua orang akan terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya, maka engkau akan selalu berada dalam suasana pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya. Mungkin pengaruhmu lebih kuat sehingga teman-temanmu terwarnai olehmu, mungkin pula pengaruh temanmu lebih kuat sehingga engkau terwarnai oleh kepribadiannya. Itulah sebabnya, engkau harus pandai membatasi tingkat pertemanan pada pengaruh yang saling menguatkan dalam kebaikan. Jika engkau merasa terpengaruh dalam keburukan, cepat tinggalkan pertemanan seperti itu karena sangat merugikanmu.

Namun bagaimanapun kondisi teman-temanmu, engkau harus bisa menjaga hubungan baik dengan mereka. Mereka kelak akan menjadi orang-orang yang berpengaruh atau orang-orang sukses dalam dunia masing-masing, dan engkau masih memiliki tali pertemanan dengan mereka. Dengan pertemanan itu, suatu saat engkau akan bisa menitipkan nilai-nilai kebaikan pada dunia mereka masing-masing, sehingga pengaruh kebaikanmu akan tetap bisa terjaga.

Keenam, lakukan kegiatan yang bermanfaat
Selain di sekolah dan di rumah, ada banyak alternatif kegiatan yang bermanfaat bagimu. Ikutilah kegiatan yang memberikan kemanfaatan, agar waktumu efektif teralokasikan untuk kebaikan. Jangan biarkan ada waktumu yang terbuang percuma, terhanguskan dengan sia-sia. Banyak anak-anak remaja seusiamu yang menghabiskan waktu berhari-hari di depan play station, atau main game online tanpa mengenal batas waktu. Mereka telah membakar waktu untuk hal-hal yang kurang memberi kemanfaatan untuk kebaikan.

Di rumah, engkau bisa membiasakan diri untuk olah raga rutin, engkau bisa mengambil suatu peran untuk membantu orang tuamu mengerjakan urusan kerumahtanggaannya. Cobalah engkau mencuci pakaian kotormu sendiri, dan menyeterikanya sendiri. Cobalah engkau bersihkan kamar tidurmu sendiri, engkau rapikan meja belajar dan peralatan sekolahmu sendiri. Cobalah engkau bersihkan sendiri piring dan gelas yang telah engkau pakai. Cobalah engkau belajar memasak untuk keperluanmu dan saudara-saudaramu. Itu semua menjadi kegiatan yang bermanfaat bagimu.

Anak-anakku. di lingkungan sekitar rumahmu, tentu ada kegiatan sosial kemasyarakatan untuk anak-anak seusiamu. Engkau harus mengikuti kegiatan positif yang ada di lingkunganmu agar engkau tidak buta lingkungan. Tetanggamu adalah orang-orang yang pertama kali memberikan bantuan kepadamu jika terjadi sesuatu di rumahmu. Maka engkau harus mengenal tetanggamu dan berkegiatan bersama mereka. Jangan engkau menjadi anak-anak muda yang terasing dari lingkungan, dan tidak mengenal kondisi sekitar.

Ketujuh, memiliki komunitas penjaga kebaikan
Anak-anakku, sesungguhnya jiwa manusia itu cepat sekali berubah dan mudah terpengaruh. Maka engkau harus memiliki komunitas untuk menjaga kebaikanmu. Engkau harus berada dalam suatu komunitas yang berkonsentrasi untuk membentuk kepribadianmu. Komunitas ini terdiri dari orang-orang baik, yang selalu berorientasi kebaikan, mengerti jalan Kenabian, dan saling menjaga untuk menguatkan kepribadian satu dengan lainnya.

Sang Nabi telah berpesan agar kita berada dalam jama’ah atau komunitas kebaikan. Karena jika kita sendirian tanpa memiliki komunitas ini, akan mudah sekali terjebak dalam penyimpangan atau keburukan. Jika engkau sendirian, engkau tidak memiliki rekan untuk mengingatkan dan menjaga, tidak memiliki komunitas untuk menasihatidan meluruskan, tidak memiliki sahabat untuk memberikan pertimbangan. Padahal engkau sangat memerlukan semua itu. Maka milikilah komunitas yang bisa menjagamu dalam kebaikan, dimanapun engkau berada.

Sesungguhnyalah semua dari kita lemah dan memiliki banyak keterbatasan. Dengan berada dalam komunitas kebaikan, akan membuat suasana saling menguatkan dan saling melengkapi kekurangan. Komunitas itu pula, selain kepada ayah dan ibumu, yang menjadi tempat kembalimu saat engkau mengalami persoalan yang memerlukan bantuan pemecahan. Komunitas itu telah menjadi ikatan persaudaraan yang kokoh, yang menyebabkan engkau berada dalam suasana keterjagaan senantiasa.

Jika engkau lakukan tujuh hal di atas, insyaallah engkau akan menjadi anak baik. Anak yang akan menjadi penyejuk hati kedua orang tua. Anak yang berbakti kepada ayah dan ibu, disenangi teman, bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Engkau akan menjadi harapan bagi kebaikan bangsa dan negaramu. Engkau menjadi tumpuan kejayaan masa depan peradaban, karena engkau telah menjadi anak yang baik.

Tidak sulit bukan, menjadi anak yang baik ? Yang diperlukan hanyalah kemauan untuk berusaha membentuk dirti menjadi anak baik. Semoga engkau semua menjadi anak-anak yang baik. Amin.

Jumat, 22 Juli 2011

Photonic Crystal Fiber Pada Sayap Kupu-kupu

Photonic Crystal Fiber Pada Sayap Kupu-kupu
Oleh Anawati

Hubungan satu Ilmu dengan ilmu lain sangatlah erat. Tidak ada satu ilmu yg lebih unggul dari ilmu yang lain. semuanya saling mendukung. dan yang lebih penting lagi adalah seberapa besar peran ilmu itu untuk mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta.



........."Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)"......(Al-Kahfi:109)



........."Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"...... (Luqman :27)



---------------------------------------

....intermezzo.........



me : why do we have many holes in the cladding of the fiber? isnt it difficult to make those holes within diameter about 2micron?if there�s no significant results, can we just use the conventional fiber? means we reduce one step fabrication.



David : well that�s the art of this science. once you eliminate the hole or change the distance among the holes. the result will be different.find out by yourself.



Itu satu pertanyaan yg saya ajukan pd supervisor saya saat pertemuan pertama untuk tesis. fiber optik memang sangat populer saat ini sebagai alternatif pengganti kabel listrik sebagai kompensasi dari kebutuhan akan akses informasi cepat yg semakin tinggi. Fiber optik merupakan kumpulan sejenis kabel berukuran sehelai rambut dari bahan silika glass yg mengirimkan informasi berupa cahaya (foton).



Impian para scientist dari dunia optoelektronik, tepatnya material optoelektronik, adalah memanfaatkan cahaya sebagai media untuk mengirimkan informasi dari satu tempat ke tempat lain. sebagian telah dapat kita nikmati dalam bentuk piringan CD, kabel internet, telp dll. namun untuk kabel harganya memang relatif lebih mahal.



Mengapa ini menjadi impian besar para scientist saat ini? Sebab informasi yg dikirimkan bisa 1000x lebih banyak (THz dibanding GHz) dibanding jika menggunakan kabel biasa. Ini tidak lain karena foton telah menggantikan elektron. Dalam kabel biasa yg mengalir adalah elektron sementara dalam fiber optik adalah foton alias cahaya. jika ini berhasil maka bisa kita bandingkan kecepatan kerjanya akan minimal 100x lipat. sebagai gambaran, kecepatan elektron sekitar 2.42 x 10^6 m /sec sedang kecepatan cahaya adalah 3x10^8 m /sec.



Prof. Eli Yablonovitch dari jurusan electrical engineering, UCLA berhasil menemukan suatu fiber khusus dalam rangka mewujudkan impian ini. setelah selama satu tahun melakukan riset meskipun orang-orang dari dunia semikonduktor mengatakan riset itu sia-sia belaka, dia tetap bertahan. thn 1999 beliau berhasil membuat struktur fiber seperti sarang madu. Hasil temuannya ini dinamakan Photonic crystal fiber (PCF). fiber ini terdiri dari inti (solid core dr silica) berukuran sekitar 7 micro dan cladding (pelindung) yg terdiri dari banyak lubang (berisi udara) berukuran 2 micro tersusun dengan jarak periodik tertentu menyerupai sarang madu (honeycomb). keunggulan PCF adalah sensitivitasnya, jika sedikit saja jarak antar lubang pada cladding atau ukuran claddingnya diubah maka cahaya yg diteruskan akan berubah warnanya. dan jika ada sedikit saja cacat misal ada satu saja lubang yg ukurannya tidak sama dengan lubang lainnya maka tidak akan ada cahaya yg diteruskan sama sekali demikian juga jika ada jarak antara satu lubang dg lubang lain tidak sama.



Pertanyaan yg timbul selanjutnya adalah darimana Prof.Yablonovitch dapet ide membuat fiber seperti itu? ternyata sumbernya adalah sayap kupu-kupu (butterfly dan moth). Gejala yang sama ditemui pada sayap kupu-kupu. dari dunia biologi diketahui ternyata warna yang timbul dari kupu-kupu bukanlah hasil dari pigmentasi seperti warna kulit kita atau hijaunya daun. warna pada kupu-kupu timbul dari hasil interaksi cahaya dengan struktur khusus pada sayapnya. cara kerjanya adalah untuk sederhananya kita ambil contoh lapisan minyak diatas air. dari sudut yg berbeda kita pandang lapisan minyak tsb maka warna yg tampak akan berbeda. Itulah sebabnya kita melihatnya berwarna-warni seperti pelangi. hal ini terjadi karena bergabungnya cahaya yg terpantul dari permukaan minyak dan cahaya yg terpantul dari ketebalan tertentu dibawah permukaan yg semula tidak terpantul di permukaan.



...."(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."..... (Ali`Imran :191)



Dari sini kita tahu ternyata struktur sayap kupu-kupu sangatlah rumit dan jika ingin ditiru memerlukan ketelitian yang sangat tinggi dengan tingkat kegagalan yg tinggi juga disamping ukurannya sangat kecil untuk terjangkau mata kita.



Para fisikawan dan ahli biologi dari liquid crystal group menemukan juga bahwa kulit dari kepik dan beberapa jenis serangga lain yg berwarna-warni ternyata juga bukan hasil dari pigmentasi. kulitnya terbuat dari bahan liquid crystal, sejenis dengan bahan yg digunakan pada layar laptop atau flat TV. selama ini kita hanya mengenal 3 jenis zat yaitu padat, cair, dan gas. ternyata ada jenis zat lain yaitu liquid crystal yg mempunyai manfaat yg luar biasa dibidang elektronik dan medis. zat ini merupakan fasa pertengahan antara padat dan cair. Jika cahaya mengenai bahan ini maka akan timbul interaksi berupa pantulan, interferensi cahaya dll yg menimbulkan warna yg sangat indah.



...Subhanallah, semua makhluk didunia ini telah diciptakan Allah SWT dengan sangat teliti dan sempurna. dan sangatlah mustahil jika itu terjadi dengan sendirinya....



Ternyata dari pengetahuan di dunia biologi bisa membawa ke penemuan di bidang elektronik dan saya yakin sekali masih banyak penemuan dibidang2 lain yg dimanfaatkan untuk menunjang bidang ilmu lainnya.

Kamis, 23 Juni 2011

pentingnya menimba ilmu karena hidup hanya sesaat

lihatlah nasehat ulama berikut tentang lezatnya menimba ilmu agama di samping kesibukan Anda sehari-hari menggeluti ilmu dunia dan aktivitas dunia.

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata,

تَعَلَّمْ الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لَكَ حَسَنَةٌ ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ ، وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيحٌ ، وَالْبَحْثَ عَنْهُ جِهَادٌ ، وَتَعْلِيمَهُ مَنْ لَا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَبَذْلَهُ لِأَهْلِهِ قُرْبَةٌ .

“Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah).”

‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata,

الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنْ الْمَالِ ، الْعِلْمُ يَحْرُسُك وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ ، وَالْعِلْمُ يَزْكُو بِالْإِنْفَاقِ

“Ilmu (agama) itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta mesti engkau menjaganya. Harta akan berkurang ketika dinafkahkan, namun ilmu malah bertambah ketika diinfakkan.”

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

مَجْلِسُ فِقْهٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً

“Majelis ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun lamanya.”

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,

مَنْ لَا يُحِبُّ الْعِلْمَ لَا خَيْرَ فِيهِ

“Siapa yang tidak mencintai ilmu (agama), tidak ada kebaikan untuknya.”

Imam Asy Syafi’i rahimahullah juga mengatakan,

طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ

“Menuntut ilmu itu lebih utama dari shalat sunnah.”

Dalam perkataan lainnya, Imam Asy Syafi’i berkata,

لَيْسَ بَعْدَ الْفَرَائِضِ أَفْضَلُ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ

“Tidak ada setelah berbagai hal yang wajib yang lebih utama dari menuntut ilmu.”

Imam Asy Syafi’i berkata pula,

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ ، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

“Siapa yang ingin dunia, wajib baginya memiliki ilmu. Siapa yang ingin akherat, wajib baginya pula memiliki ilmu.” Maksudnya adalah ilmu sangat dibutuhkan untuk memperoleh dunia dan akherat.


betapa pentingnya menuntut ilmu itu, so kawan mari manfaatkan waktu kita untuk terus menimba ilmu, ilmu dunia terlebih utama ilmu akhirat.....
agar ibadah kita semakin mantap dan semakin indah pula akhlak kita.

Senin, 16 Mei 2011

NII KW 9

Apabila kita mendengar isu Negara Islam Indonesia (NII), maka yang terlintas dalam pandangan masyarakat adalah, kelompok yang ingin mengganti NKRI dengan Negara Islam, dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Seperti, mengeksploitasi wanita bercadar untuk merampok dan memeras uang, termasuk mengancam dibunuh bila keluar dari komunitas tersebut.

Akibatnya, serentetan persepsi negatif itu, tidak saja berdampak buruk bagi komunitas itu, tapi juga terhadap Islam itu sendiri. Bahkan akhir-akhir ini, tidak saja mengaitkan gerakan Islam Syari’at dengan NII, tapi juga menyematkan labelalisasi terorisme.

Kasus terbaru adalah terungkapnya kasus Laila Febriani alias Lian, 7 April 2011, pegawai honorer Departemen Perhubungan, yang terdampar dua hari di Masjid At Ta'awun dikawasan Puncak, Bogor. Ketika ditemukan, Lian dalam kondisi linglung dicurigai akibat indoktrinasi aliran sesat, bahkan ia sudah merubah gaya berpakaiannya dengan mengenakan Jilbab Lebar dan bercadar.

Dibalik kasus ini muncul kesan untuk memojokkan citra berbusana Muslimah dengan jilbab lebar dan bercadar. Tak hanya itu, Lian menyebut banyak pria berjenggot tebal diantara mereka yang mengindoktrinasinya.

Gerakan NII Palsu

Upaya mendiskreditkan misi NII yang diproklamirkan SM. Kartosuwiryo, 12 syawal 1368 H/ 7 Agustus 1949 M, telah dilakukan bukan saja oleh mereka yang memusuhinya. Tapi, yang lebih berbahaya justru munculnya gerakan sempalan NII, yang melakukan penyimpangan atas nama NII oleh orang yang malah mengaku sebagai penerus perjuangan NII. Salah satu upaya jahat itu dilakukan oleh Totok Abdussalam alias AS Panji Gumilang, pimpinan Ma’had Al-Zaytun, Inderamayu, Jawa Barat, di bawah payung gerakan NII KW 9.

Padahal, misi NII yang diperjuangkan SM. Kartosuwiryo dan NII KW 9 versi AS Panji Gumilang membawa misi kontradiktif, berbeda dalam tujuan, dan bertentangan secara aqidah. NII atau DII/TII Kartosuwiryo berjuang menegakkan Negara Islam Indonesia berdasarkan Quran dan Sunnah. Sebaliknya, NII KW 9 yang dipimpin AS Panji Gumilang dengan Ma’had Al-Zaytun sebagai sentral aktivitasnya, melakukan penipuan, dan pemerasan atas nama NII. Pemahaman keagamaan, dan prilaku pengikutnya yang sama sekali tidak bisa dikategorikan Islami, adalah fakta kongkrit. Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Quran menggunakan metode safsathah, tafsir semau gue berdasarkan kepentingan hawa nafsu.

Karakteristi NII KW 9 versi Panji Gumilang dapat dilihat dari pemahaman keagamaan, dan perilaku pengikutnya:

Pertama, ingkar Sunnah: Pengajian-pengajian diselenggarakan sangat eksklusif dan tertutup. Materi awal tentang kebenaran Al-Quran, berikutnya akan selalu menggunakan Al-Quran sebagai rujukan, jarang sekali menggunakan hadits. Alasannya, adanya perkataan Nabi SAW : “Inna khairul hadits kitaballah – sebaik-baik hadits adalah kitabullah.” Mereka menolak hadits dengan menggunakan dalil hadits. Dalam hal ini, NII KW 9 menggunakan kalimat yang benar untuk tujuan kebathilan, sebagaimana dikatakan Imam ‘Ali bin Abi Thalib, Kalimatu haqqin yuradu biha bathilun.”

Sedang Ustadz yang memberikan pengajian selalu menyembunyikan identitasnya, dengan alasan security (keamanan). Bukan itu saja, calon pengikut NII KW 9 diajak ke suatu tempat untuk dibai’at, selama dalam perjalanan matanya ditutup.

Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Quran semau gue, sesuai kepentingan hawa nafsunya. Penggunaan hujjah Al-Quran hanya sekedar alat legitimasi atas suatu pemahaman sesat. Misalnya, peristiwa Isra’ Mi’raj ketika Rasulullah Saw naik ke langit ke tujuh, mereka artikan sebagai tujuh tingkat struktur pemerintahan, yaitu RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, dan Presiden. Ibadah shalat dianggap bukan kewajiban setiap Muslim, karena belum futuh Makkah, padahal Al-Quran sudah turun 30 juz dan Rasulullah Saw sudah wafat.

Kedua, menghalalkan yang diharamkan Allah : Siapa saja di luar kelompoknya dianggap kafir, karena itu halal darahnya dan dan hartanya boleh dirampas, dengan menganggapnya sebagai harta rampasan (fa’i). Jama’ahnya diperas, dijadikan objek pengumpulan dana dengan alasan infaq dan shadaqah, sementara penggunaan dana yang terkumpul tidak transparan. Para anggota jama’ah yang tidak berinfaq dianggap berhutang. Karena itu mereka membolehkan pengikutnya untuk mencuri, merampok, berdusta atas nama agama demi memenuhi tuntunan bai’atnya.

Istilah NII hanyalah kedok, untuk memudahkan rekrutmen para aktivis Muslim, sementara di sisi lain mereka menghalalkan darah dan harta sesama Muslim diluar kelompoknya, persis perilaku dan pemahaman kaum komunis PKI.

Kelompok NII (Negara Intelijen Indonesia) KW 9 ini disinyalir banyak pengamat dan aktivis Muslim, sebagai pembawa misi terselubung untuk menghancurkan Islam dari dalam. Melakukan penyimpangan aqidah dan syari’ah dengan memakai label Islam, mengikuti pandangan Napoleon Bonaparte yang menyatakan : “Jika mau membunuh kuda, gunakan kuda.”

Gerakan NII KW 9, juga mengusung misi intelijen. Tujuannya membangun citra negatif bagi gerakan yang bertujuan menegakkan Syari’ah Islam secara kaffah, menakut-nakuti umat Islam. Labelisasi Islam terhadap perilaku dan pemahaman yang bertentangan dengan ajaran Islam, adalah di antara metode dakwah yang ditempuh NII KW 9 pimpinan Totok Salam alias AS Panji Gumilang. Pusat gerakan aliran sesat KW 9 di Ma’had Al-Zaytun (bukan Az-Zaytun), Haurgeulis, Kabupaten Inderamayu, Jawa Barat.

Jadi, Darul Islam atau NII pimpinan SM. Kartosuwiryo yang diproklamasikan 12 syawal 1368 H / 7 Agustus 1949 M, hanya menjadi tameng gerakan KW 9 (Komandemen Wilayah 9), sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah, baik secara harakiyah maupun ideologis dengan NII KW 9 pimpinan Totok Salam. Hal ini penting ditegaskan, agar masyarakat tidak keliru menilai, dan tidak rancu dalam memahami peran sentral Darul Islam dalam membangkitkan semangat jihad, untuk membasmi kebathilan.

NII bentukan intelijen ini sungguh jauh benar karakternya dengan NII yang semua dirintis Kartosoewirjo, Daud Beureuh. Upaya formalisasi syariat Islam di lembaga negara selalu dikaitkan dengan Negara Islam Indonesia (NII), karena dianggap memiliki benang merah dengan Darul Islam atau NII pimpinan SM. Kartosuwiryo.

Darul Islam, dipandang sebagai embrio atas suatu paham yang mengedepankan pentingnya melaksanakan Syari’at Islam secara sistemik, melalui jalur kekuasaan pemerintahan. Karena tanpa kekuasaan, Islam tidak akan bisa secara optimal melaksanakan misi Rahmatan Lil ‘Alamin.

Maka di zaman SM Kartosuwiryo, istilah NII bukan sekadar nama sebuah gerakan keagamaan, melainkan institusi Negara dengan konstitusi Islam yang memiliki kekuasaan berdaulat penuh. Memberi label NII pada aktivitas gerakan keagamaan, sangat riskan dari sudut pandang keamanan, juga dapat disalah gunakan sebagai alat penipuan secara ideologis.

Penolakan penggunaan nama NII terhadap aktivitas yang hanya sekadar gerakan, tanpa basis teritorial serta otoritas kekuasaan yang jelas, selain sebagai upaya mengamankan dan mengamalkan amanah perjuangan. Juga, meluruskan pemahaman yang keliru, memberi nama pada sesuatu yang bukan menjadi namanya. Menganggap gerakan sebagai Negara, koordinasi sebagai kekuasaan pemerintahan, sangat rentan terhadap penyusupan dan penyalahgunaan wewenang.

Negara Intelijen

Pada tanggal 27 Agustus 1999, masyarakat pergerakan Islam dikejutkan oleh sebuah pemberitaan berkenaan dengan diresmikannya sebuah pesantren oleh Presiden B.J. Habibie, di Indramayu (Jawa Barat). Pesantren termegah di Asia Tenggara itu bernama Ma’had Al-Zaytun, yang dipimpin oleh Syaikh Al-Ma’had AS Panji Gumilang.

Yang membuat kalangan pergerakan terkejut bukanlah semata-mata karena kemegahan pesantren yang berdiri di tengah-tengah kemiskinan rakyat sekitarnya, tetapi terutama karena sosok yang bernama AS Panji Gumilang, yang tak lain adalah Abu Toto, alias Toto Salam.

Pada tanggal 14 Mei 2003 Jenderal AM Hendropriyono (dalam kapasitasnya sebagai Kepala BIN), atas nama Presiden RI (waktu itu) Megawati, memenuhi undangan Panji Gumilang untuk menancapkan patok pertama bangunan gedung pembelajaran yang diberi nama Gedung Doktor Insinyur Haji Ahmad Soekarno. Kehadiran Jenderal Hendropriyono ketika itu diikuti hampir seluruh pejabat tinggi BIN.

Pada Pemilu Legislatif 5 April 2004, terdapat sekitar 11.563 pemilih yang tersebar di 39 TPS Khusus Al-Zaytun, hampir seluruhnya (92,84 persen) diberikan kepada Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) pimpinan Jenderal Purn. Hartono dan Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut—putri Soeharto). Selebihnya (618 suara) diberikan kepada Partai Golkar.

Tanggal 5 Juli 2004, masyarakat kembali dikejutkan oleh pemberitaan seputar Pemilihan Presiden, yaitu ketika Al-Zaytun berubah sementara menjadi ‘TPS Khusus’ yang menampung puluhan ribu suara (24.878 jiwa) untuk mendukung calon presiden Jenderal Wiranto. Ketika itu, puluhan armada TNIAD hilir-mudik mengangkut ribuan orang dari luar Indramayu yang akan memberikan suaranya di TPS tersebut. Dalam perkembangannya, hasil dari TPS Khusus ini dianulir.

Sebelum kasus penimbunan senjata oleh Brigjen Koesmayadi diungkap oleh KSAD Jenderal TNI Djoko Santoso (yakni pada 29 Juni 2006), beberapa tahun sebelumnya sejumlah aktivis Islam pernah melaporkan kepada aparat kepolisian tentang adanya timbunan senjata di Al-Zaytun, pada sebuah tempat yang dinamakan Bunker. Laporan itu baru ditindak-lanjuti aparat kepolisian beberapa bulan kemudian, setelah ratusan senjata itu dipindahkan ke tempat lain, dan bunker tempat penyimpanan senjata sudah berubah fungsi. Senjata-senjata itu milik seorang jenderal aktif yang sangat berpengaruh pada masanya.

Dari rentetan fakta di atas, tampaknya sulit untuk mencegah bila ada yang menyimpukan bahwa Toto Salam alias Abu Toto adalah sosok yang disusupkan ke dalam gerakan Islam, dengan proyek mercusuarnya berupa Ma’had Al-Zaytun.

Minggu, 15 Mei 2011

Trik untuk Leher Kaku dan Nyeri

Leher tidak hanya mendukung kepala, tapi juga membantu dalam melakukan gerakan. Tapi jika leher terasa kaku dan nyeri maka bisa menghambat aktivitas dan rasa tidak nyaman. Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Daerah leher merupakan gabungan dari kepala dan seluruh tubuh yang kaya akan otot, ligamen dan tendon yang bertanggung jawab untuk mendukung dan pergerakan leher. Kondisi-kondisi tertentu bisa membuat otot leher terasa kaku sehingga menimbulkan rasa sakit dan nyeri.

Terkadang orang yang mengalami kekakuan leher juga mengeluh sakit kepala, hal ini karena otot antara kepala, leher dan lengan saling terhubung. Sehingga otot leher yang kaku bisa memicu keluhan di bagian tubuh lain.

Beberapa hal diketahui bisa menjadi penyebab
otot leher menjadi kaku sehingga muncul rasa sakit, nyeri dan tidaknyaman lainnya, seperti dikutip dari Buzzle dan Everydayhealth.com, Jumat (13/5/2011) yaitu:


1. Postur tubuh yang buruk saat duduk atau salah posisi saat tidur bisa menyebabkan otot tegang menjadi kaku dan salah tempat yang memicu terjadinya sakit serta nyeri
2. Terlalu sering menggunakan otot-otot ini dalam bergerak
3. Stres dan depresi, jika seseorang berada di bawah tekanan maka otot akan menjadi tegang yang memicu terjadinya rasa sakit, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya
4. Cedera atau trauma akibat jatuh, kecelakaan atau kegiatan olahraga
5. Kejang otot yang terjadi ketika saraf mengirimkan pesan ke otot-otot yang bisa menyebabkan terjadinya kontraksi. Kejang otot yang terjadinya bisa menyebabkan leher kaku dan sakit.
6. Saraf terjepit, kondisi ini kemungkinan akibat radang sendi, penyempitan kanal tulang belakang atau hernia pada lempengan (disk) tulang. Saraf terjepit ini bisa menyebabkan leher kaku yang kadang dapat menyebar hingga ke lengan atau kaki.
7. Membawa beban berat sebelah pada salah satu bahu, beban yang berat sebelah cenderung membuat kepala dan leher melawan beban ini ke arah yang berlawanan sehingga menimbulkan kontraksi berlebih sehingga memicu kaku dan nyeri.

Tradisi Sehat Para Perempuan di Berbagai Negara

Setiap negara punya tradisi sehat yang diwariskan turun-temurun. Beberapa di antaranya memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan perempuan sehingga rata-rata perempuan di negara tersebut berumur panjang dan jarang kena penyakit.

Dikutip dari Womanshealth, Minggu (3/4/2011), 5 negara yang warga perempuannya rata-rata berumur panjang adalah sebagai berikut:

1. Jepang
2. Monako
3. Andorra
4. Australia
5. Spanyol


Bagi perempuan Jepang, rahasia umur panjang salah satunya terletak pada sup kedelai yang selalu disajikan sebagai menu sarapan pagi. Penelitian membuktikan, konsumsi sup kedelai sedikitnya sekali dalam sepekan bisa mengurangi risiko kanker payudra hingga 50 persen.

Rahasia lain yang membuat perempuan berumur panjang adalah tradisi minum teh, minuman dengan kandungan antioksidan cukup tinggi yang bisa menghambat proses penuaan. Manfaat yang sama juga didapatkan oleh para perempuan di Russia yang rutin minum anggur.

Sementara itu 5 negara yang warga perempuannya paling jarang terkena serangan jantung adalah sebagai berikut:

1. Republik Kiribati
2. Prancis
3. Jepang
4. Monako
5. Korea Selatan


Bagi perempuan Prancis, anggur beralkohol yang turin dikonsumsi menjadi sumber antioksidan yang bisa mengurangi risiko penyumbatan pembuluh darah yang memicu serangan jantung. Sama halnya dengan tradisi minum teh hijau yang dilakukan perempuan Jepang.

Lain halnya di Korea Selatan, rahasia jantung sehat terletak pada makanan khas yang dinakaman Kimchi. Salah satu bumbu yang digunakan adalah bawang putih, dengna kandungan enzym tertentu yang mampu menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penggumpalan darah.

Daftar 5 negara dengan perempuan rata-rata paling 'singset' alias tidak terlalu gemuk adalah sebagai berikut.

1. Jepang
2. Norwegia
3. Swiss
4. Italia
5. Denmark


Tubuh singset diperoleh jika sistem metabolisme tubuh berjalan lancar. Salah satu cara memperlancar sistem metabolisme seperti yang dilakukan perempuan Italia dan beberapa negara lain di Eropa adalah tidur siang secara rutin untuk memberi kesempatan tubuh beristirahat.

Mungkin yang lebih membuat penasaran adalah perempuan Swiss yang tetap singset meski terkenal gemar makan cokelat dan keju. Rahasianya terletak pada aktivitas fisik yang seimbang, karena 30 persen perempuan di negara berjalan kaki ke tempat kerja, 10 persen naik sepeda dan hanya 38 persen yang naik mobil.

Sedangkan 5 negara yang perempuannya paling jarang kena kanker usus adalah sebagai berikut.

1. Senegal
2. Gambia
3. Fiji
4. Republik Guinea (Afrika Barat)
5. Kamerun


Permpuan Kamerun banyak makan sayuran dan lalapan dari daun-daunan segar. Kandungan serat di dalam buah-buahan maupun sayuran merupakan pencegahan alami yang paling sehat dan tanpa efek samping, serta mampu memangkas risiko kanker usus hingga 60 persen.

Belajar dengan Sistem Kebut Semalam Bikin Otak Panik

Peringatan ini penting buat pelajar atau mahasiswa yang baru mau belajar semalam suntuk jika esok hari ada ujian. Waspadalah, sistem belajar kebut semalam akan membuat otak panik yang jika terus-terusan bisa berdampak pada gangguan memori.

Gaya belajar kebut semalam membuat fungsi otak terganggu karena otak menjadi kelelahan dan tidak bisa menerima rangsangan dari luar.

Hal ini karena jadwal otak yang harusnya istirahat tapi dipaksa semalaman untuk terus bekerja, padahal saat jadwalnya tidur otak mendapatkan protein untuk kinerjanya.

Jika seseorang terus menerus belajar semalaman maka ia akan kurang tidur yang berdampak pada gangguan memori dan mengganggu kerja dari otak.

Kondisi otak yang kurang istirahat ini akan memberikan dampak buruk pada tubuh seperti cemas, gelisah, stres, kurang konsentrasi serta menurunkan sistem kekebalan tubuh.

Serta memicu kelenjar di otak untuk merangsang kortisol menjadi hiperaktif. Kortisol adalah hormon stres yang bila jumlahnya berlebih dapat memicu gangguan-gangguan psikis.

Jika kondisi ini terus menerus terjadi bisa membuat seseorang menjadi insomnia yang nantinya mempengaruhi kondisi kesehatan baik secara fisik maupun psikis, serta membutuhkan penanganan khusus agar bisa mengembalikan kualitas tidurnya.

Gaya belajar seperti itu mungkin bukan yang terbaik untuk pelajar dan mahasiswa karena tidak memberikan manfaat bagi otak. Untuk itu seseorang harus mengubah cara belajarnya agar menjadi lebih efisien dan efektif, seperti dikutuip dari cse.buffalo.edu, Rabu (16/3/2011).

Salah satu cara terbaik dalam belajar adalah mengulang, mencicilnya sehingga tidak bertumpuk serta tidak menunda-nunda pelajaran.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar belajar lebih efektif yaitu:

1. Jika memiliki banyak aktivitas di luar sekolah, cobalah belajar mengelola waktu sehingga pendidikan tidak dikorbankan.
2. Cobalah untuk menulis kembali catatan dari kelas di rumah, hal ini akan membantu otak mengingat kembali pelajaran di kelas sehingga membuat otak lebih mudah menyimpannya sebagai memori.
3. Buatlah catatan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, catatan yang dimiliki tidak harus rapi tapi yang penting bisa dimengerti dengan baik.
4. Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiran, cobalah untuk mengajukan pertanyaan di kelas dan membuat catatan.
5. Buatlah rangkuman mengenai hal-hal penting ke dalam catatan kecil setiap selesai satu bab pelajaran sehingga lebih mudah untuk dipelajari
6. Cobalah mengetes diri sendiri tentang materi-materi yang sudah dipelajari. Hal ini baik untuk meningkatkan kemampuan mengingat dan memperbaiki kelemahan yang dimiliki.

"Kekuatan Pria Yang Sesungguhnya"

Kekuatan pria sesungguhnya, tidak tercermin pada lebar bahunya,
Tapi dalam lebar lengan yang merangkul keluarganya.

Kekuatan seorang pria tidak dalam nada keras suaranya,
Tapi dalam kata-kata lembut yang diucapkannya.
Kekuatan seorang pria bukan dari berapa banyak teman-temannya, Tapi bagaimana cara baik ia memperlakukan istri dan anak-anaknya.

Kekuatan seorang pria bukan bagaimana ia dihormati di tempat kerja, Tapi dalam bagaimana ia dihormati di rumahnya.

Kekuatan seorang pria tidak diukur dari keras tidaknya pukulannya, Tapi ada dalam sentuhan lembutnya.

Kekuatan seorang pria bukan pada bidang dadanya, Tapi ada dalam hatinya, yang terletak di dalam dada.

Kekuatan seorang pria bukan dari berapa banyak wanita yang ia cintai, Tapi dalam kesetiaannya kepada seorang wanita.

Kekuatan seorang pria bukan dari seberapa kuat ia bisa mengangkat, Tapi seberapa dalam beban yang ditanggungnya...

-----
Dari Sahabat, semoga bermanfaat.Barakallah fiikum.

Kamis, 28 April 2011

kuliah , ngaji ok juga

segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Kegiatan kuliah terasa amat menyibukkan. Sibuk dengan berbagai tugas, harus buat presentasi, menyusun laporan praktikum dan lebih sibuk lagi jika sudah menginjak semester-semester akhir. Apakah mungkin kesibukan ini bisa dibarengi dengan menuntut ilmu agama? Jawabannya, mungkin sekali. Segala kemudahan itu datang dari Allah. Maka bisa saja seorang engineer menjadi pakar fiqih. Bisa jadi pula seorang ekonom menjadi pakar hadits. Atau seorang ahli biologi menjadi hafizh Al Qur’an. Semua itu bisa terwujud karena anugerah dan kemudahan dari Allah.



Realitas, Lebih Banyak Menyia-nyiakan Waktu

Mahasiswa sebenarnya punya banyak waktu senggang. Cuma sebagian mahasiswa saja yang benar-benar menyia-nyiakan waktunya. Tidak setiap saat ia mesti mendapatkan tugas. Tidak setiap hari mesti kerjakan laporan praktikum. Mahasiswa yang tidak pintar membagi waktu saja yang selalu “sok sibuk”.

Sebagian mahasiswa masih bisa menyisihkan waktu untuk renang dengan shohib dekatnya. Ia masih sempat juga untuk fitness meskipun di kala laporan praktikum menumpuk. Ia juga masih sempat berpetualang menjelajah berbagai gunung meskipun minggu depan ada ujian mid. Ia masih bisa begadang semalam suntuk untuk menanti pertandingan Liga Champions meskipun katanya ada banyak tugas yang mesti diselesaikan. Sebagiannya pula bisa menyisihkan waktu untuk update status setiap jam di FB (Facebook), twitter dan semacamnya. Mau tidur, mau makan, mau renang, bahkan mau ke WC sekali pun bisa ada statusnya di jejaring sosial tadi. Namun soal ngaji (istilah untuk mendalami ilmu agama) bisa menjadi nomor sekian baginya. Padahal aneh kan, hal-hal tadi bisa ia lakukan. Sedangkan berkaitan dengan urusan akhiratnya di mana ia wajib mempelajari Islam karena ibadah-ibadah tertentu akan ia lewati setiap harinya. Setiap muslim tentu mesti mengetahui bagaimanakah ia harus berwudhu yang benar sehingga shalatnya pun bisa sah. Ia pun harus tahu apa saja yang termasuk pembatal-pembatal shalat, sehingga shalatnya tidak jadi sia-sia. Ia pun harus tahu bagaimana mandi wajib.

Lihatlah mereka bisa menyisihkan waktu untuk hal-hal dunia yang kadang sia-sia. Namun untuk hal yang menyangkut akhirat mereka, di mana tentu ini lebih urgent, mereka tidak bisa membagi waktu dengan baik. Benarlah firman Allah Ta’ala,

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Ruum: 7).

Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hafizhohullah menjelaskan, “Mereka mengetahui kehidupan dunia secara lahiriah saja seperti mengetahui bagaimana cara mengais rizki dari pertanian, perindustrian dan perdagangan. Di saat itu, mereka benar-benar lalai dari akhirat. Mereka sungguh lalai terhadap hal yang wajib mereka tunaikan dan harus mereka hindari, di mana penunaian ini akan mengantarkan mereka selamat dari siksa neraka dan akan menetapi surga Ar Rahman.” (Aysarut Tafasir, 4/124-125)



Beberapa Sampel

Beberapa orang bisa membuktikan bahwa mereka di samping kuliah di pagi hari, sore harinya masih bisa “ngaji” (menuntut ilmu agama). Bahkan ada di antara mahasiswa yang bisa menjadi hafizh Al Quran dengan sempurna di masa kuliahnya. Ada pula yang bisa menguasai ilmu aqidah dengan baik padahal ia seorang dokter. Setelah kuliah pun ia bisa menyusun beberapa buku berkaitan dengan masalah aqidah dari hasil ia belajar di saat-saat kuliah dulu (paginya kuliah, sorenya ia duduk di majelis ilmu). Ada pula yang amat pakar dalam bahasa Arab dan menjadi seorang ustadz yang mumpuni dalam hal aqidah serta ilmu lainnya, padahal ia adalah sarjana biologi. Yang lainnya lagi adalah seorang dosen (lulus S3), namun tidak diragukan ia sangat mumpuni dalam ilmu hadits hasil dari belajar dulu bersama beberapa ustadz di saat-saat ia kuliah. Bahkan di Arab Saudi sendiri ada seorang ulama yang dulunya adalah seorang yang belajar ilmu Teknik Kimia. Dan saat ini, beliau menjadi imam dan ulama yang jadi rujukan. Ia pun memiliki situs yang berisi berbagai fatwa yang sering dikunjungi dari berbagai negara. Ada lagi ulama yang dahulunya belajar ilmu teknik mesin. Saat lulus ia mendalami ilmu hadits dan menjadi hafizh al quran. Karya-karya beliau dalam tulisan pun amat banyak. Dua ulama yang kami sebutkan di sini adalah Syaikh Sholeh Al Munajjid dan Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohumallah.

Itu sekedar beberapa contoh riil yang kami ketahui. Kami yakin masih banyak contoh-contoh lainnya yang mungkin para pembaca sendiri mengetahuinya. Ini pertanda bahwa orang yang belajar ilmu umum (ilmu teknik, ekonomi, IT, dll) sebenarnya tidak terhalang untuk belajar agama bahkan bisa menjadi ulama atau pun ustadz karena kerajinannya di luar jam kuliah untuk mengkaji Islam. Itulah karunia Allah untuk mereka-mereka tadi.



Mulai Belajar Islam

Kalau sudah tahu demikian, Anda selaku mahasiswa seharusnya tidak usah ragu lagi untuk menaruh perhatian pada ilmu diin (ilmu agama). Cobalah mulai dengan mempelajari Islam mulai dari dasar. Terutama pelajarilah hal-hal yang wajib yang jika Anda tidak mengetahuinya maka bisa terjerumus dalam dosa atau bisa meninggalkan kewajiban. Inilah ilmu yang wajib dipelajari.

Selaku mahasiswa wajib punya ilmu aqidah dan tauhid yang benar sesuai dengan pemahaman generasi terbaik Islam (salafush sholeh). Cobalah mempelajari beberapa tulisan karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab seperti Qowa’idul Arba’ (empat kaedah memahami syirik), Tsalatsatul Ushul (tiga landasan dalam mengenal Allah, Islam dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), dan Kitab Tauhid (pelajaran tauhid dan syirik secara lebih detail). Kitab-kitab aqidah pun ada yang mudah dipelajari seperti Al ‘Aqidah Al Wasithiyah karya Ibnu Taimiyah dan Al ‘Aqidah Ath Thohawiyah karya Abu Ja’far Ath Thohawiy.

Anda pun wajib mempelajari fiqih secara bertahap terutama pelajaran bagaimana cara wudhu yang benar, bagaimana cara mandi wajib, dan bagaimana shalat yang benar serta berbagai hal yang berkaitan dengan hal-hal tadi. Amat mudah jika Anda menguasai dari fiqh madzhab sebagaimana anjuran para ulama. Karena di negeri ini menganut madzhab Syafi’i, Anda bisa belajar dari berbagai kitab fiqh Syafi’iyah. Pelajari dari matan-matan yang ringkas seperti kitab Al Ghoyah wat Taqrib karya Abu Syuja’ dan Minhajuth Tholibin karya Imam An Nawawi. Inilah kitab dasar yang bisa Anda kuasai. Setelah itu bisa melanjutkan dengan kitab fiqih yang lebih advance dengan mendalami dalil-dalil lebih jauh. Baru setelah itu bisa menelaah berbagai pendapat ulama dan perselisihan mereka dalam hal fiqih sehingga akhirnya kita tidak fanatik pada satu madzhab atau satu imam. Anda pun bisa menguasai fiqih melalui berbagai buku hadits seperti dari kitab ‘Umdatul Ahkam karya ‘Abdul Ghoni Al Maqdisi dan kitab Bulughul Marom karya Ibnu Hajar Al Asqolani. Untuk memahami kitab-kitab fiqih ini, Anda bisa memiliki berbagai kitab syarh (penjelasan) dari masing-masing kitab.

Buku-buku yang kami sebutkan di atas sudah cukup mudah ditemukan saat ini di berbagai toko buku Islam bahkan sudah banyak yang diterjemahkan. Sehingga tidak ada alasan bagi yang belum menguasai bahasa Arab untuk terus belajar. Namun jika Anda sambil menguasai bahasa Arab terutama menguasai grammar-nya dalam ilmu Nahwu dan Sharaf itu lebih baik. Karena menguasai bahasa tersebut bisa membuat Anda meneliti lebih jauh kitab-kitab ulama secara lebih mandiri.

Selain mempelajari hal-hal di atas, tambahkan pula dengan mempelajari berbagai kitab akhlaq dan tazkiyatun nufus (manajemen hati). Juga janganlah sampai tinggalkan hafalan Al Qur’an. Karena orang yang menghafal Al Qur’an sungguh memiliki banyak keutamaan dan faedah di tengah-tengah umat. Lebih-lebih di akhirat hafalan Al Qur’an ini membuat dia lebih ditinggikan derajat di surga. Lalu para ulama pun menganjurkan untuk menghafal berbagai matan atau berbagai kitab ringkas seperti menghafalkan kitab kecil yang berisi 42 hadits yaitu Al Arba’in An Nawawiyah. Menghafal seperti ini memudahkan kita menguasai ilmu Islam dengan lebih mudah.



Sabar dalam Belajar

Kalau dilihat, terasa begitu banyak yang harus dipelajari. Sebenarnya tidak juga karena mempelajari berbagai buku di atas itu bertingkat-tingkat. Ada yang lebih dasar, baru setelah itu beranjak pada yang lebih lanjut. Jadi belajar yang baik adalah secara bertahap. Sehingga di sini butuh kesabaran dalam belajar dan belajar butuh waktu yang lama. Yang terbaik pula adalah belajar di majelis ilmu lewat guru. Lihatlah sya’ir Imam Asy Syafi’i,

أَخِي لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إلَّا بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيكَ عَنْ تَفْصِيلِهَا بِبَيَانِ

ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَبُلْغَةٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُولُ زَمَانٍ

Saudaraku … ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan perinciannya : (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) sungguh-sungguh, (4) berkecukupan, (5) bersahabat (belajar) dengan ustadz, (6) membutuhkan waktu yang lama.



Pintar Bagi Waktu

Modal yang penting “nyambi” belajar Islam adalah pintar membagi waktu. Cobalah membagi waktu mulai dari Shubuh hari sudah bisa menghafal Al Qur’an. Butuh satu jam untuk menyisihkan waktu kala itu. Setelah itu sediakan waktu untuk persiapan kuliah di pagi hari. Pukul 7 atau 8 sudah bisa berangkat ke kampus. Di waktu-waktu shalat atau waktu senggang saat di kampus bisa digunakan untuk muroja’ah Al Qur’an atau mengerjakan tugas-tugas kampus sehingga tidak menumpuk keesokan harinya. Pulang kampus di siang atau sore hari bisa istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa capek. Di sore hari sehabis ‘Ashar bisa digunakan untuk mengikuti berbagai majelis ilmu sampai dengan waktu ‘Isya. Di waktu malam bisa digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah. Sebelum tidur bisa digunakan menghafal berbagai matan, mengulang hafalan Al Qur’an atau mengulang pelajaran yang ikuti di kajian.

Jadi cuma kepintaran saja membagi waktu, niscaya kita bisa kuliah sambil “ngaji”. Dan jangan lupakan minta pertolongan Allah agar dimudahkan mempelajari agama di samping kuliah. Doa ini amat menolong. Jika kita memohon kemudahan pada Allah, pasti segala urusan tadi akan begitu mudah. Berbeda halnya jika kita bergantung pada diri sendiri yang begitu lemah.

Semoga Allah mudahkan kita selaku mahasiswa untuk dapat meraih keduanya, bahkan bisa menjadi pakar pula dalam ilmu agama dan bisa turut membantu dakwah agar tersebar seantero negeri kita ini.

Wallahu waliyyut taufiq.



Panggang-Gunung Kidul, 24 Jumadal Ula 1432 H (27/04/2011)

www.rumaysho.com

~.::*Suamiku, Aku Mencintaimu apa adanya*::.~

by Admin-Muslimah Sholehah II on Saturday, April 23, 2011 at 6:29pm


~.::*Suamiku, Aku Mencintaimu apa adanya*::.~

RePoSt : SiLaHkaN taG ^_^

(sudah atas izin beliau, semoga bermanfaat... ^^)



♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫

•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥





Based True Story (mengharukan)



·٠•●❤*Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ*::Suamiku, Aku Mencintaimu apa adanya :: *Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ* ❤●•٠·







Bismillahirrohmanirrohim



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

=============================





( Masa awal-awal sesudah menikah )



Suamiku...

Aku suka dirimu apa adanya...





"Mi, masih inget penampilan Abi pas kita ta'aruf kan?tau ga, Abi tuh sengaja nyari baju,celana panjang sama sendal jepit paling butut, supaya Ummi bisa ngeliat abi apa adanya.Bukan Abi yang dibuat2, mentang2 mau ta'aruf ama akhwat, trus sengaja make yang baru2, hehe..."





"Iya Bi, Ummi inget banget. Dulu Ummy malah mikir, nih ikhwan cuek banget si, ana ajah dah make baju rada cakepan dikit. Abi..abi..untung Ummi bukan perempuan super matre yg cuman ngeliat penampilan luar." Wanita itu tersenyum simpul kepada suaminya.





"Kan sengaja Mi, biar bisa tau akhwatnya juga. Abi kan ga mau klo cuman diliat dari penampilan luar. Jadi, bukan sembarang akhwat yang bisa jadi isteri Abi. Klo akhwat abal-abal kan, paling dah illfeel ngeliat penampilan Abi. Makanya Abi bisa dapet Isteri yang luar biasa kayak Ummi." ucap sang suami dengan lirikan mesranya.





"Huuu Abi, bisa ajah ngerayunya."

"Iya dong, Abiii..." ucap sang suami sambil mengernyitkan dahinya. Sang isteri tersenyum manis menatap suaminya.





( Sebulan sesudah menikah )



Suamiku...

Bahkan kaupun tak malu bekerja apapun selama itu halal, demi isterimu...





"Ummi, Abi dah keterima kerja, Alhamdulillah. Jadi tukang sapu di jalan Mi. Ummi ga malu kan punya suami tukang sapu?"





"Abi...buat apa malu? yang penting kan halal. Lagipula, Abi kan ngebantu ngejaga kebersihan juga. Kebersihan kan sebagian dari iman." ujar sang isteri menguatkan.





( Memulai usaha baru dengan Bismillah )



Suamiku...

Betapa sabarnya dirimu menghadapi ujian yang Allah berikan..





"Ummi, mulai lusa, Abi jadi jualan mie ayam di ujung jalan komplek kontrakan ini. Gerobaknya dah Abiy bikin. Besok temenin Abi belanja peralatan masak sama bahan2nya ya Mi.." ucap sang suami semangat.





"Wah, Alhamdulillah. Abi kok baru bilang, klo gerobaknya udah jadi, Ummy jadi ga bantuin Abi deh. Hmm, insyaAlloh besok Ummi temenin.."





"Abis Abi kasian sama Ummi. ummi kan dah cape' ngajar. Jadi, biar Abi yang ngerjain.Ummiy do'ain Abi ya..."

"InsyaAlloh Abi sayang...I Will. Klo Abi butuh bantuan, Ummy insyaAlloh bersedia, kapanpun slama Ummi bisa.."





“ Alhamdulillah, terimaksih ummi..Bismillah, semoga usaha ini berkah ya mi..”





( Beberapa bulan kemudian, di sore hari )

Sang Isteri baru saja pulang mengajar dari sekolah SD di desanya.





"Abi, gimana hasil jualan Mie Ayam hari ini?"



"Waduh Mi, gerobak Abi dibobol maling. Jadi panci, kompor, sama perabot laennya dah dibawa kabur sama maling. Padahal kan dah Abi gembok."

"Innalillahi, padahal baru jualan dua bulanan ya Bi."





"He'eh Mi, Abi juga dah dapet lumayan banyak pelanggan. Tapi ya, mungkin bukan rezeki kita. Allah pasti ngasih ujian sesuai sama kemampuan hambaNya."

"Subhanallah..Abi..InsyaAlloh Bi, klo rezeki mah gak kemana."





( Usaha membahagiakan keluarga. Dibulan puasa, Dua hari menjelang lebaran. )



Suamiku...

Aku tau besarnya upayamu untuk membahagiakanku dan anak2 kita...





"Ummiy, afwan, Abi ga bisa beliin apa2 buat Ummiy di lebaran tahun ini." ujar sang suami dengan wajah yang terlihat amat kelelahan.





"Abi ga usah minta maaf sama Ummi. Ummi tau, Abi dah berusaha keras. Ga papa insyaAllah Bi, esensi makna Idul Fitri kan bukan itu..bukan baju baru dan makanan enak.." Ujar sang isteri seraya menitikkan air mata, karna terharu suaminya meminta maaf seperti itu.





Keesokan harinya..





"Abi..Ummi dapet ini nih dari sekolahan."sang isteri menunjukkan kardus dengan ukuran cukup besar. Seorang kurir baru saja mengantar kardus tersebut.





"Wah, apa ini Mi..?"



"Ummi juga belum tau Bi, coba kita buka."

Merekapun membuka kardus tersebut.





"Subhanalloh Bi, isinya banyak banget. THR Bi..."sang isteri, melihat isi kardus itu dengan pandangan penuh syukur, seraya menunjukkan kartu ucapan Idul Fitri yang diletakkan di bagian atas barang2 yang ada di dalam kardus tersebut."





"Alhamdulillah.."sang suami mengucap syukur dengan bibir yang kelu, betapa Allah teramat menyayangi mereka.





( Suamiku sangat dermawan, meski kami kekurangan )



Suamiku...



Cintaku padamu makin bertambah besar, saat ku tau bahwa kau sangat mencintai sesama...

saat kau terus berupaya membahagiakan orang2 di sekitarmu...





Saat seorang bapak tua datang ke rumah mungil itu..





"Bang, anak saya sakit. Abang bisa bantu saya?saya dah ga punya duit. Saya bingung harus minta bantuan ke siapa lagi."ucap si bapak tua.

"Alhamdulillah, Bapak dateng tepat waktu. InsyaAlloh saya bisa bantu." ucap sang suami, seraya tersenyum. Sang suami ke kamarnya, mengambil uang yang akan dipinjamkan kepada Bapak tua.





"Maaf Pak, saya cuma punya segini."



"Makasi Bang, makasi. Klo saya dah dapet rezeki, insyaAllah langsung saya kembaliin."

"Sama2 Pak, Alhamdulillah, kebetulan lagi ada rezeki."





Setelah si Bapak tua pergi, sang isteri menghampiri suaminya.



"Abi, kok uangnya dikasih ke Bapak tadi. uang kita kan tinggal segitu2nya Bi."



"Bapak itu lebih butuh ketimbang kita Mi. InsyaAlloh, Allah bakalan ngasih rezeki yang lebih besar untuk kita."



"Abi bener, maafin ummi ya..dah meragukan keputusan Abi."

"ga papa Mi..."jawab suaminya sambil tersenyum.





( Janji Allah itu nyata )



Suamiku...

Kata2mu benar, bahwa Allah pasti akan memberikan rizki yang berlimpah, kepada siapapun yang Dia kehendaki..





"Ummiy, Alhamdulillah..Abi keterima kerja di TELKOM. Berkat do'a Ummi juga."



"Alhamdulillah...bener kata Abi, kita harus bersabar...akhirnyah ijazah S1 Abi kepake juga ya, hehe."



"He..he..bener Miy..Alhamdulillah. Moga2 bermanfaat untuk dakwah juga ya Mi.."

"Aamiin."





( Firasat buruk )

Suamiku.. Hatiku tiba-tiba sedih..





Sang Isteri menggendong anaknya..kemudian dibonceng sang suami dengan menggunakan motor.





"Ummi, hati2 ya. Slesei tahsin jam brapa? biar nanti Abi jemput."



"Bukannya Abi mau masang spanduk bareng ikhwan2nya..?"



"Ga papa Mi, ntar Abi izin sebentar untuk ngejemput Ummi. Abi ga tega, klo Ummi sama Azam naek angkot."



"Ya uda klo gitu Bi. Ummi pulang ba'da Ashar, insyaAllah."



"Siip, Abi pamit ya. Assalamu'alaikum..."ujar sang suami sambil mengenakan helmnya.

"wa'alaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh.." enth kenapa sang istri merasa tiba-tiba sedih saat itu.





( Semua adalah titipanNya )



Suamiku..

Sesungguhnya engkau adalah milikNya...





Ba'da Ashar



Sang suami belum datang juga.

"Abi kemana ya, kok tumben telat...?"ujar sang isteri di dalam hati.





Sang isteri pulang ke rumah dengan menggunakan angkot. Kebetulan, tiap akhir pekan, memang suami isteri tersebut pulang ke rumah orang tua sang suami. Dari kejauhan, sang isteri melihat rumah mertuanya penuh dengan warga sekitar. Dengan azam anak semata wayangnya yg tertidur pulas di dalam gendongannya, sang isteri melangkahkan kaki dengan wajah penuh tanya. Ada sesosok tubuh dibaringkan di ruang tamu. Batinnya menyangkal tapi, matanya tidak salah.





Suaminya telah tergeletak di ruangan itu, bersimbah darah. Ibu mertuanya lari memeluk sang isteri tersebut. Azam diambil dari gendongannya, oleh adik ipar sang isteri. Sang Isteri diam seribu bahasa. Wajahnya terlihat kaget. Sejenak kemudian beristighfar sebanyak2nya.





Banyak ikhwah yang datang untuk ta'ziyah. Akhwat2 memeluk sang isteri seraya menghiburnya, dan berharap bahwa sang isteri bisa bersabar. Tak setetespun air mata, keluar dari mata indahnya. Para pelayat banyak yang berkomentar,"Jenazahnya wangi..subhanallah..."





"Wangi apa ini? subhanalloh..." Ya, dari jenazah sang suami, keluar bau wangi, entah dari mana. Sang akhwat diberi tau, bahwa suaminya meninggal karna tertabrak truk, ketika sedang memasang spanduk dan pamflet untuk acara bakti sosial anak-anak yatim dikotanya.



Allohurobbi...Innalillahi wainna ilaihi rajiun..:'((

--------------------------------------------------------





Kisah ini adalah “Based on True Story”, semoga bisa kita petik hikmahnya,

Dalam kesendirian...sang isteri mendidik dan menjaga dua orang anaknya..sambil terus berharap..bisa berjumpa dengan sang suami di akhirat kelak...SubhanALLAH......





Barakallahufikum..



Wassalamualaikum

LOVE YOU JUST THE WAY YOU ARE

Seorang pria dan kekasihnya menikah

dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua

kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan

dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu

acara yang luar biasa mengesankan.



Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya

dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah.

Setiap pasang mata yang memandang setuju

mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling

mencintai.



Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada

suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel

di majalah tentang bagaimana memperkuat tali

pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah

tersebut. “Masing-masing kita akan mencatat

hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita.

Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah

hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita

bersama lebih bahagia…”



Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal

dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan

berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya

mencatat

hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk

kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat

untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas

dalam benak mereka masing-masing.



Besok pagi ketika sarapan, mereka siap

mendiskusikannya.

“Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri.

Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang

ditulisnya, sekitar 3 halaman…



Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang

tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan

bahwa airmata suaminya mulai mengalir…

“Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.

“Oh tidak, lanjutkan…” jawab suaminya.



Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang

terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan

manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.

“Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan

daftarmu”.



Dengan suara perlahan suaminya berkata “Aku tidak

mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir

bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin

merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau

cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari

pribadimu yang kudapatkan kurang…”



Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan

dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa

suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan

menangis…



Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa

dikecewakan, depressi, dan sakit hati.

Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu

memikirkan hal-hal tersebut.



Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan

pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu

memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan

menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal

yang indah di sekeliling kita?



Saya percaya kita akan menjadi orang yang

berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur

untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang

buruk.



kita bukanlah orang tanpa kekurangan, begitu pula

dengan pasangan kita,kita tidak bisa membentuknya

menjadi sosok tanpa cacat.. kita ingin menerima

setiap orang dalam hidup kita dengan segala

kekurangannya sebagaimana mereka menerima kita

dalam hidup mereka…



masa lalu adalah untuk dilupakan,tidak ada

kendaraan secanggih apapun yang mampu membawa kita

kembali kesana, jadi untuk apa mengungkitnya lagi?

syukuri yang anda peroleh sekarang…

lupakan yang telah lewat..

dan berbahagialah..

author: unknown