Radio Muslim

Senin, 30 Agustus 2010

Segenggam Kacang dan Pare Cegah Kanker Payudara

VIVAnews – Mengonsumsi segenggam kacang (sekitar 2 ons) setiap minggu bisa menghambat perkembangan sel pemicu kanker payudara. Demikian hasil studi yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Harvard Amerika Serikat.

Studi yang dilakukan terhadap 30.000 remaja putri itu menunjukkan, konsumsi kacang secara rutin mampu mereduksi pertumbuhan benign breast disease (BBD), penanda tumor payudara.

Para peneliti meminta seluruh responden mengisi kuesioner tentang program diet mereka dengan kacang. Empat tahun kemudian, mereka diminta mengisi kuesioner kembali untuk menganalisa pengaruhnya.

Hasilnya, konsumsi kacang minimal 2 ons per minggu mengurangi risiko penyakit kanker payudara sebesar 36 persen dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsi kacang. Demikian pula konsumsi makanan mengandung kadar fiber tinggi (lebih 25 gram) dapat mengurangi risiko mengidap BBD sebesar 25 persen.

Kandungan asam lemak omega-3 dalam kacang memberikan efek antikanker. Sementara makanan mengandung fiber kaya akan vitamin, zinc, dan antioksidan yang bermanfaat untuk melawan kanker.

Sementara penelitian terdahulu mengungkap, ekstrak buah pare (bitter melon) yang banyak tumbuh di negara tropis seperti Indonesia sebagai makanan antikanker yang cukup efektif. Buah berasa pahit itu mengandung zat hijau yang bisa menghentikan reproduksi sel kanker dan mematikannya.

Nasehat untuk Calon Istri

Ummu Ma’ashirah menasihati putrinya dengan nasihat berikut ini yang telah diramunya dengan senyum dan air matanya:

“Wahai putriku, engkau akan memulai kehidupan yang baru…

Suatu kehidupan yang tiada tempat di dalamnya untuk ibumu, ayahmu, atau untuk seorang pun dari saudaramu. Engkau akan menjadi teman bagi seorang pria yang tidak ingin ada seorang pun yang menyekutuinya berkenaan denganmu hingga walaupun ia berasal dari daging dan darahmu.

Jadilah engkau sebagai isteri, wahai puteriku dan jadilah engkau sebagai ibu baginya. Jadikanlah ia merasa bahwa engkau adalah segalanya dalam kehidupannya dan segalanya dalam dunianya. Ingatlah selalu bahwa suami itu anak-anak yang besar, jarang sekali kata-kata manis yang membahagiakannya. Jangan engkau menjadikannya merasa bahwa dengan dia menikahimu, ia telah menghalangimu dari keluargamu.

Ingatlah selalu bahwa suami itu anak-anak yang besar, jarang sekali kata-kata manis yang membahagiakannya.

Perasaan ini sendiri juga dirasakan olehnya. Sebab, dia juga telah meninggalkan rumah kedua orang tuanya dan meninggalkan keluarganya karenamu. Tetapi perbedaan antara dirimu dengannya ialah perbedaan antara wanita dan laki-laki. Wanita selalu rindu kepada keluarganya, kepada rumahnya di mana dia dilahirkan, tumbuh menjadi besar dan belajar. Tetapi dia harus membiasakan dirinya dalam kehidupan yang baru ini. Ia harus mencari hakikat hidupnya bersama pria yang telah menjadi suami dan ayah bagi anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru, wahai putriku. Inilah masa kini dan masa depanmu. Inilah maghligaimu, di mana kalian berdua bersama-sama menciptakannya.

Adapun kedua orang tuamu adalah masa lalu. Aku tidak memintamu melupakan ayah dan ibumu serta saudara-saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu selama-lamanya. Wahai sayangku, bagaimana mungkin ibu akan lupa belahan hatinya? Tetapi aku meminta kepadamu agar engkau mencintai suamimu, mendampingi suamimu, dan engkau bahagia dengan kehidupan bersamanya.”
www.shalihah.com
Sumber: ‘Isyratun Nisaa’ minal alif ilal yaa’, dalam Bahasa Indonesia ‘Panduan Lengkap Nikah dari “A” sampai “Z”, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq, Pustaka Ibnu Katsir

Jika Ukhtiy Mudah Lelah

Sehabis kerja seharian ukhtiy merasa lelah, kondisi itu masih wajar. Tapi, jika kelelahan tersebut tak kunjung hilang dalam waktu lama, sebaiknyalah mulai waspada. Ada penyakit yang bisa tiba-tiba menyerang, namanya Chronic Fatigue Syndrome (CFS).

CFS atau sindroma kelelahan kronis ini, menurut Women Health Center, AS, adalah penyakit kelelahan yang tak kunjung sembuh selama lebih dari enam bulan. Penyakit ini jarang sekali terdiagnosis karena biasanya penderita hanya mengeluh mudah lelah. Gejalanya mirip dengan flu. Penyakit ini paling banyak menyerang wanita aktif.

Apa penyebabnya?
Belum diketahui dengan pasti, apa sesungguhnya penyebab CFS. Pemeriksaan fisik terhadap pasien sering tidak dapat mendeteksi CFS. Biasanya pasien malah dianggap mengalami gangguan psikis sehingga diminta untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Namun, melihat gejala adanya infeksi pencernaan pada pasien akibat jamur atau parasit, dokter-dokter yang pernah menangani kasus ini menduga diet tidak seimbang merupakan salah satu faktor penyumbang. Jamur atau parasit tersebut membuat pencernaan pasien jadi lebih sensitif terhadap makanan. Daya tahan tubuh pun melemah, maka datanglah infeksi. Buntutnya, pasien rentan pula terhadap gangguan ini.

Apa gejalanya?
Mirip gejala flu, sakit kepala yang tidak mereda selama lebih dari 6 bulan, sulit tidur pulas, nyeri di tenggorokan, nyeri otot, nyeri pada leher dan ketiak (kelenjar limfe), nyeri sendi, infeksi, dan penurunan daya ingat.

Jika merasakan punya minimum empat gejala di atas, bisa jadi ukhtiy menderita CFS, terlebih bila ukhtiy termasuk wanita yang sangat sibuk sehingga sulit punya waktu untuk beristirahat.

Apa solusinya?
Ada beberapa hal yang biasanya dianjurkan oleh dokter. Istirahat total selama beberapa waktu adalah saran utama dokter. Relaksasi juga dianjurkan, yang dipadankan dengan olahraga ringan, seperti berjalan kaki santai dalam jarak pendek (di halaman rumah atau kompleks rumah) atau cukup dengan mengerjakan tugas rumah tangga ringan.

Namun, yang paling penting adalah mengubah gaya hidup. Dengan menyeimbangkan aktivitas dengan istirahat, berusaha untuk lebih santai agar tidak stres, serta perubahan pola makan.

www.shalihah.com :: Rujukan: VIVAnews.com (umi)

Minggu, 29 Agustus 2010

Hari lahir

Alhamdulillah terima kasih atas nikmat islam, iman dan nikmat umur yang enkau beri Ya Robb...

Astaghfirullah...usiaku bertambah berarti kesempatanku di dunia juga berkurang....padahal dosa2 ini menggunung tingii. Hanya Engkau y Allah ya Ghofuur yang dapat mengampunkan hambamu yang terbatas dan lemah ini...karena pertolonganmulah hamba menjadi hamba yang kuat dan istiqomah di jalan Mu.

Ya Mujiib kabulkanlah sgala hajat hambamu yang baik, baik untuk hamba, agama, hidup dan akhierat hamba....Berikan hamba yang terbaik ya Robb..

Ya Latif lembutkan hati ini sucikan selalu dengan TaSbihMu (Subhanallah)

Harapan
Menjadi hamba yang lebih Enkau cintai ya Robb, dirindukan penduduk surgaMu..
Bertemu dengan mu dalam khusnul khotimah..Cinta Allah dan Rasul utama.

Menjadi calon istri dan ibu yang sholehah...untuk suami dan anak yang sholeh hamba nantinya..
Menjadi anak yang senantiasa berbakti pada kedua orang tua
Kakak yang baik buat adik2ku tercinta.
Mampu menjadi tenaga kesehatan yang profesional dan bermanfaat bagi maslahat umat
dsb.

Sabtu, 21 Agustus 2010

Saat Rindu

Saat ku merindunya..
Yang terfikir kemudian hanya
Jagalah dia ya Robb
Sebagaimana kau menjaga separuh jiwanya yang merindunya ini...

Walau tak mungkin bertemu dengannya ssat ini
Ku hanya ingin mencintaimu dalam diam...
Hanya Allah yang tahu betapa kumerindumu wahai separuh jiwaku nanti...

Peluh dan kesahku
Hanya ingin kubagi denganNya

Ya Robb pertemukan kami kelak disaat yang tepat
Saat hati ini terikat sempurna denganMu
Dan hati-hati ini dapat bersatu diatas mimbar cintaMu


dibuat khusus untuk calon qiyamku kelak

Kemuliaan Wanita

Ia adalah sesungguhnya pahlawan
rahimnya yg mengatakan itu
lahirnya Muhammad saw, Imam syafii, Salahudin al-ayyubi,Hasan Al-Banna...
adalah dari mereka
wahai wanita perbaikilah akhlak mu
niscaya engkau dapat memperbaiki negrimu...
karena sejatinya wanita adalah tulang punggung negri
jika baik wanita negri itu,maka baik pulalah negri itu
ia adalah fitnah dunia
tapi ia juga bidadari penyelamat
karna dibalik ketangguhan seorang lelaki, ada sentuhan kelembutan wanita
yang membuat keteguhan itu ada
wahai wanita engkau lah cahaya-cahaya surga
tolong sinari dunia yang mulai kehilangan warna
niscaya Allah kan membalas mu dengan dunia dan se-isinya

_ FA,2007 _

Puisi di atas menggambarkan keindahan wanita dalam Islam. Itulah sebabnya Islam begitu melindungi wanita a.k.a akhwat. Misalnya, kenapa kita ( akhwat ) diwajibkan untuk menjaga diri ( termasuk dengan berjilbab )? Tentunya itu bukanlah untuk menutupi kecantikan kita tapi sebaliknya, syariat itu diberlakukan supaya kecantikan kita tetap terjaga. Kenapa kecantikan kita harus dijaga? Akan sangat berbeda keadaannya kalau kita ngeliat betis ikhwan tersingkap dengan kalau ikhwan ngeliat betis akhwat tersingkap. Seperti cerita Imam Syafi’i yang kehilangan hafalan Qur’annya ( 1 juz ) karena g sengaja ngeliat betis akhwat yang tersingkap di pasar ketika dia sedang berbelanja. Itulah kenapa aurat kita begitu dijaga dalam Islam.

Next, setelah kita tau kalo kita itu begitu berharga, kita harus menjaga diri kita dari ikhwan. Misalnya, ga perlu ada hubungan khusus sebelum masuk ke jenjang pernikahan, toh hubungan itu ga ada pahalanya kan?. Tapi, ga berarti, kita ga berteman dengan yang ikhwan lho!. Allah telah menciptakan akhwat dan ikhwan untuk saling melengkapi. Inilah tugas kita sebagai akhwat yang baik untuk pinter2 menyiasati masalah ini. Sebisa mungkin, jaga jarak dengan yang ikhwan baik dalam soal pembicaraan ( g terlalu sensitif ) ataupun dalam berbicara ( diusahakan g berdua aja, ga dengan nada yang mendayu-dayu, gerakan badan juga ga overacting ). Cara berpakaian kita juga perlu dijaga, mulai dari pakaian yang longgar ( tidak membentuk tubuh ) + jilbab yang sesuai syariat ( ada di QS. An-Nur 31 ). Kalau kita berpakaian dengan baik n benar, Insya Allah enak dipandang dan kita sendiri juga lebih merasa aman kan?.

Intinya, Allah SWT sudah menciptakan akhwat dengan segala keindahannya. Tugas kita adalah menjaga keindahan itu tanpa harus membatasi pergaulan kita dengan yang lain. Jadikanlah diri kita seorang muslimah yang supel, ramah , murah senyum dan enak dipandang. Semangat ya!!

Selasa, 17 Agustus 2010

"Menyentuh Mushaf Al Qur'an बागी यंग berhadas

Sebagaimana telah diisyaratkan dalam tulisan sebelumnya, bahwa larangan menyentuh mushaf ketika berhadats menjadi pendapat ulama empat madzhab. Sedangkan yang menyelisihi adalah ulama Zhohiriyah (Daud Azh Zhohiri, Ibnu Hazm, dkk) sebagaimana telah disinggung sekilas oleh Ibnu Qudamah. Ulama belakangan yang mengikuti pendapat ini adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa menyentuh Al Qur’an terlarang dalam kondisi berhadats:
Pertama: Pendapat para sahabat dan tidak ada yang menyelisihinya.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Pendapat imam mazhab yang empat, mushaf al Qur’an tidak boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci sebagaimana dalam surat yang dikirimkan oleh Rasulullah kepada ‘Amr bin Hazm,
أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا طَاهِرٌ
“Tidak boleh menyentuh mushaf melainkan orang yang suci”. Imam Ahmad mengatakan, “Tidaklah diragukan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menuliskan surat tersebut kepada ‘Amr bin Hazm.” Inilah pendapat Salman al Farisi, Abdullah bin Umar dan yang lainnya. Tidak diketahui adanya sahabat lain yang menyelisihi pendapat dua sahabat ini”.[1]
Ibnu Taimiyah juga mengatakan, “Adapun menyentuh mushaf maka pendapat yang benar wajib berwudhu sebelum menyentuh mushaf sebagaimana pendapat jumhur fuqaha. Inilah pendapat yang diketahui dari para sahabat, seperti Sa’ad, Salman dan Ibnu Umar”[2]
Dalam Syarh al Umdah, Ibnu Taimiyyah berkata, “Hal itu juga merupakan pendapat sejumlah tabiin tanpa diketahui adanya perselisihan di antara para shahabat dan tabiin. Ini menunjukkan bahwa pendapat ini telah dikenal di antara mereka”.[3]
Di antara pendapat para sahabat dalam masalah ini adalah sebagai berikut.
1. Sa’ad bin Abi Waqash
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ أُمْسِكُ الْمُصْحَفَ عَلَى سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ فَاحْتَكَكْتُ فَقَالَ سَعْدٌ لَعَلَّكَ مَسِسْتَ ذَكَرَكَ قَالَ فَقُلْتُ نَعَمْ فَقَالَ قُمْ فَتَوَضَّأْ فَقُمْتُ فَتَوَضَّأْتُ ثُمَّ رَجَعْتُ
Dari Mush’ab bin Saad bin Abi Waqash, “Aku memegang mushfah di hadapan Sa’ad bin Abi Waqash lalu aku menggaruk-garuk kemaluanku”. Beliau lantas berkata, “Engkau menyentuh kemaluanmu?”. “Benar”, jawabku. Beliau berkata, “Berdirilah lalu berwudhulah”. Aku lantas bangkit berdiri dan berwudhu lalu aku kembali[4].
Al Baihaqi dalam al Khilafiyat 1/516 mengatakan, “Riwayat ini shahih, diriwayatkan oleh Malik dalam al Muwatha’. Riwayat di atas juga dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 1/161 no. 122.
2. Salman al Farisi
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَلْمَانَ قَالَ كُنَّا مَعَهُ فِى سَفَرٍ فَانْطَلَقَ فَقَضَى حَاجَتَهُ ثُمَّ جَاءَ فَقُلْتُ أَىْ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ تَوَضَّأْ لَعَلَّنَا نَسْأَلُكَ عَنْ آىٍ مِنَ الْقُرْآنِ فَقَالَ سَلُونِى فَإِنِّى لاَ أَمَسُّهُ إِنَّهُ لاَ يَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ فَسَأَلْنَاهُ فَقَرَأَ عَلَيْنَا قَبْلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ.
Dari Abdurrahman bin Yazid dari Salman, Kami bepergian bersama Salman. Suatu ketika beliau pergi untuk buang hajat setelah kembali aku berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdillah, berwudhulah agar kami bisa bertanya kepadamu tentang ayat-ayat al Qur’an”. Beliau berkata, “Silahkan bertanya namun aku tidak akan menyentuhnya. ‘Sesungguhnya tidaklah menyentuhnya melainkan orang-orang yang disucikan’ (QS al Waqiah:77)”. Kami pun mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau dan beliau bacakan beberapa ayat kepada kami sebelum beliau berwudhu.[5] Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa riwayat dari Salman itu shahih.[6]
3. ‘Abdullah bin Umar
عن نافع عن بن عمر أنه كان لا يمس المصحف إلا وهو طاهر
Dari Nafi, “Tidaklah Ibnu Umar menyentuh mushaf melainkan dalam keadaan suci”[7]
Kedua: Pemahaman ayat Al Qur’an
Dalil Al Qur’an yang dimaksud adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara, tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, diturunkan dari Rabbil ‘alamiin” (QS Al Waqiah 77-80).
Sisi pendalilan dari ayat ini menurut ulama yang berdalil dengannya adalah firman Allah yang artinya, ‘tidak menyentuhnya’ adalah kalimat berita namun maknanya adalah larangan. Sehingga maknanya adalah ‘janganlah menyentuhnya’, dan bukan semata-mata kalimat berita karena berita yang Allah sampaikan pasti tidak meleset. Sedangkan kenyataannya mushaf al Qur’an disentuh oleh muslim, munafik dan orang kafir.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan kitab dalam ayat tersebut adalah Al Qur’an yang ada di tengah-tengah kita. Alasannya, karena dalam ayat tersebut disebut “tanzil“, artinya turun. Demikian alasan An Nawawi dalam Al Majmu’.[8]
Ibnul Jauzi mengatakan, “Para ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Al Qur’an dalam ayat di atas adalah mushaf Al Qur’an berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan orang-orang yang disucikan menjadi empat pendapat.
Pertama, mereka adalah orang-orang yang bersih dari hadats. Inilah pendapat mayoritas ulama. Sehingga ayat di atas adalah kalimat berita namun maknanya adalah larangan.
Kedua, orang yang bersih dari syirik. Inilah pendapat ibnu As Sa-ib.
Ketiga, orang yang bersih dari dosa dan kesalahan. Inilah pendapat Ar Robi’ bin Anas.
Keempat, makna ayat adalah tidak ada yang bisa merasakan nikmatnya Al Qur’an dan manfaatnya melainkan orang yang mengimani al Qur’an. Adanya pendapat ini diceritakan oleh al Faro’.[9]
Di antara hal yang menguatkan bahwa orang-orang yang suci dari hadats tercakup dalam ayat ini adalah inilah pemahaman Salman al Farisi terhadap ayat di atas sebagaimana telah kami kemukakan. Salman al Farisi berdalil dengan ayat di atas bahwa mushaf al Qur’an itu tidak disentuh oleh orang yang dalam kondisi berhadats. Salman adalah salah seorang sahabat Nabi. Sedangkan para sahabat adalah orang-orang yang menyaksikan turunnya al Qur’an, memahaminya, menghafalnya, mengenalnya, mengetahui kandungan lafazhnya serta tafsirnya. Merekalah orang yang paling mengetahui al Qur’an.
Ketiga: Pemahaman hadits.
عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَتَبَ إِلَى أَهْلِ الْيَمَنِ كِتَابًا فَكَانَ فِيهِ « لاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرٌ
Dari Abi Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh al Quran melainkan orang yang suci”.[10]
Banyak ulama salaf yang berdalil dengan hadits ini terkait masalah ini. Di antaranya adalah Malik, Ahmad dan Ishaq.
Kerancuan dari Pemahaman Hadits
Jika ada orang yang mengatakan bahwa hadits di atas mengandung dua kemungkinan makna yaitu suci yang abstrak, itulah iman dan suci yang konkret, itulah hadats. Karena ada beberapa kemungkinan maka hadits ini tidak bisa dijadikan sebagai dalil.
Kita katakan bahwa bukanlah kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut mukmin dengan istilah orang yang suci karena itulah mukmin itu lebih agung.
Hadits di atas tidaklah bermasalah karena istilah ‘suci’ adalah satu kata yang mengandung banyak kemungkinan makna dan tidaklah terlarang memaknai istilah ‘suci’ dalam hadits ini dengan semua maknanya. Sehingga mushaf Al Qur’an itu tidak boleh disentuh oleh orang musyrik sebagaimana tidak boleh disentuh oleh seorang muslim yang berhadats besar ataupun berhadats kecil.
Mengenai kata yang mengandung kemungkinan makna, dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Kata yang bersifat musytarok (satu kata yang memuat banyak kemungkinan makna) bisa dimaknai dengan semua maknanya. Hal ini dibolehkan oleh mayoritas pakar fiqih dari mazhab Maliki, Syafii dan Hanbali serta banyak pakar ilmu kalam”[11].
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Memaknai kata yang bersifat musytarok dengan semua maknanya adalah pendapat yang kuat”.[12]
Perlu ditambahkan bahwa para ulama salaf berdalil dengan hadits di atas untuk membahas bersuci yang bersifat konkret yaitu hadats. Orang yang paling terkenal memaknai suci dalam hadits di atas dengan suci yang abstrak adalah Daud azh Zhahiri dan orang-orang yang mengikutinya.
Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan, “Daud (Azh Zhohiri) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang disucikan dalam firman Allah ‘tidaklah menyentuhnya melainkan orang-orang yang disucikan’ (QS al Waqiah:79) adalah para malaikat. Daud juga menolak hadits ‘Amr bin Hazm yang berisikan bahwa tidak boleh menyentuh al Qur’an melainkan orang yang suci dengan mengatakan bahwa hadits tersebut mursal dan tidak bersambung. Dia juga membantah hadits tersebut dengan menggunakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Seorang mukmin itu tidak najis’.
Telah kami jelaskan pembelaan untuk hadits Amr bin Hazm dari sisi periwayatan. Mayoritas ulama pun berpendapat dengan kandungan hadits ‘Amr bin Hazm dan tidak mungkin mereka melakukan penyelewengan makna atau menerima dalil yang tidak layak untuk diterima. Pendapat mayoritas ulama-lah yang aku pilih”.[13]
Yang menguatkan bahwa yang dimaksud dengan suci dalam hadits di atas yaitu suci dari hadats adalah beberapa riwayat dari para shahabat yang telah kita sebutkan di pembahasan yang telah lewat.
Ibnu Taimiyyah berkata, “Untuk menyentuh mushaf Al Qur’an disyaratkan harus bersih dari hadats besar dan hadats kecil menurut mayoritas ulama. Inilah pendapat yang sejalan dengan Al Qur’an, sunnah dan pendapat Salman (Al Farisi), Saad bin Abi Waqqash dan shahabat yang lain”[14].
Ibnu Taimiyyah berkata, “Pendapat yang benar dalam masalah ini adalah pendapat para shahabat dan itulah pendapat yang sejalan dengan al Qur’an dan sunnah yaitu menyentuh mushaf tidak diperbolehkan bagi orang yang berhadats”[15].
Demikianlah pendapat yang lebih menenangkan hati penulis bahwa menyentuh Al Qur’an terlarang dalam keadaan berhadats. Silakan setiap orang memilih pendapat yang ia rasa lebih kuat, namun tentu saja yang mendekati Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang patut diikuti. Itulah mengapa kami pun lebih tenang dengan pendapat mayoritas ulama madzhab yang melarang menyentuh Al Qur’an ketika berhadats karena didukung oleh Al Qur’an, As Sunnah dan pemahaman para sahabat. Pendapat ini pun lebih hati-hati agar tidak terjerumus pada perselisihan ulama yang ada. Hanya Allah yang memberi taufik.[16]
Semoga sajian ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com

Menulis Status Update Facebook secara Otomatis

Mungkin karena sesuatu hal atau mungkin karena anda adalah orang super sibuk, tapi anda ingin tetap kelihatan eksis di Facebook selalu mengupdate status setiap hari. Cara terbaik adalah dengan membuat status update secara otomatis. Apa artinya? Menulis status update facebook secara otomatis berarti anda telah menjadwal status update jauh-jauh hari sebelumnya. Misalnya untuk seminggu kedepan anda telah mempersiapkan status update sebanyak 7 buah, itu artinya setiap hari Status facebook anda akan berubah, tanpa anda perlu login ke Facebook. Cukup anda duduk, menikmati hari-hari anda, status Facebook anda akan berubah sesuai jadwal yang telah anda tentukan. Enak bukan?

Caranya cukup sederhana, pertama tentu saja gunakan layanan seperti SENDIBLE, kalau anda belum terdaftar sebagai member Sendible, tinggi klik tombol JOIN NOW kalau sudah terdapat tinggal LOGIN.
Jika anda baru pertama menggunakan Sendible tinggal klik “Set Up My Service” bisa juga anda mengklik “Add/Edit Service” lalu pilihlah layanan yang anda ingin, karena anda ingin membuat status update facebook secara otomatis jadi pilihlah “Facebook Status” dengan mengklik “Add”
Pada tag screen yang muncul tinggal klik “Connect With Facebook” kalau anda belum Loginlah ke Facebook anda, jika anda sudah Login sebelumnya tinggal klik “Connect”
Pada “Request for Special Permissions” klik “Allow” kemudian “Allow Publishing” lalu “Allow Status Updates” setelah itu “Allow Acces”
Selanjutnya masukan email atau username facebook anda dan klik “Save Setting”
Untuk membuat Status Update secara terjadwal, masuk ke menu “Message Box” – “Compose Message”, pilih layanan “”Facebook Status” pada My Service
Tulislah pesan/status anda, klik pada “Schedulling” dan tentukan kapan Status tersebut akan dikirimkan secara otomatis ke Facebook. Bisa 10 menit, 25 menit, 2 jam ke depan atau bisa juga anda tentukan pada waktu spesifik misal tanggal dan waktu yang sesuai keinginan anda pada “At a Spesific Time”
Setelah selesai, Anda tinggal santai, rileks dan status Facebook anda akan berganti sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Sumber bacaan: http://www.tasikisme.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4328:menulis-status-update-facebook-secara-otomatis&catid=48:facebook&Itemid=73
Artikel www.remajaislam.com
________________________________________

MENCINTAI DALAM HENING

Duhai gadis, maukah ku beritahukan padamu bagaimana mencintai dengan indah?
Inginkah ku bisikkan bagaimana mencintai dengan syahdu..
Maka dengarlah..


Gadis, Saat ku jatuh cinta..
Tak akan ku berucap..
Tak akan ku berkata..
Namun ku hanya akan diam..


Saat ku mencintai, takkan pernah ku menyatakan.
Tak akan ku menggoreskan..
Yang ku lakukan hanyalah diam..


Aku tahu, cinta adalah fitrah..sebuah anugrah tak terperih..
Karena cinta adalah kehidupan.
Karena rasa itu adalah cahaya.
Aku tahu, hidup tanpa cinta, bagaikan hidup dalam gelap gulita..
Namun.. Saat rasa itu menyapa, maka hadapi dgn anggun.
Karena rasa itu ibarat belenggu pelangi, dengan begitu banyak warna.
Cinta terkadang mbuatmu bahagia, namun tak jarang mbuatmu menderita.
Cinta ada kalanya manis bagaikan gula,
Namun juga mampu memberi pahit yang sangat getir.
Cinta adalah perangkap rasa..
Sekali kau salah berlaku, maka kau akan terkungkung dalam waktu yang lama dalam lingkaran derita.


Maka gadis, Agar kau dapat keluar dari belenggu itu.
Dan mampu melaluinya dgn anggun..
Maka mencintailah dalam hening.
Dalam diam..
Tak perlu kau lari, tak perlu kau hindari.
Namun juga, jangan kau sikapi dgn berlebihan.
Jangan kau umbar rasamu.
Jangan kau tumpahkan segala sukamu..


Cobalah merenung sejenak dan fikirkan dgn tenang..
Kita percaya takdir bukan?
Kita tahu dengan sangat jelas...
Dia, Allah telah mengatur segalanya dengan begitu rapinya?
Jadi, apa yang kau risaukan?
Biarkan Allah yg mengaturnya,
Dan yakinlah di tangan-Nya semua akan baik-baik saja..


Cobalah renungkan...
Dia yang kau cinta, belum tentu atau mungkin tak akan pernah menjadi milikmu..
Dia yang kau puja, yang kau ingat saat siang dan yang kau tangisi ketika malam,
Akankah dia yang telah Allah takdirkan denganmu?


Gadis, kita tak tahu dan tak akan pernah tahu..
Hingga saatnya tiba..
Maka, ku ingatkan padamu, tidakkah kau malu jika smua rasa telah kau umbar...
Namun ternyata kelak bukan kau yg dia pilih untuk mendampingi hidupnya?
Gadis, Karena cinta kita begitu agung untuk di umbar..
Begitu mulia untuk di tampakkan..
Begitu sakral untuk di tumpahkan..


Dan sadarilah gadis, fitrah kita wanita adalah pemalu,
Dan kau indah karena sifat malumu..
Lalu, masihkah kau tampak menawan jika rasa malu itu telah di nafikan?
Masihkah kau tampak bestari jika malu itu telah kau singkap..
Duhai gadis, jadikan malu sebagai selendangmu..
Maka tawan hatimu sendiri dalam sangkar keimanan..
Dalam jeruji kesetiaan..
Yah.. Kesetiaan padanya yg telah Allah tuliskan namamu dan namanya di Lauhul Mahfuzh..
Jauh sebelum bumi dan langit dicipta..


Maka cintailah dlm hening.
Agar jika memang bukan dia yg ditakdirkan untukmu,
Maka cukuplah Allah dan kau yg tahu segala rasamu..
Agar kesucianmu tetap terjaga..
Agar keanggunanmu tetap terbias..


Maka, ku beritahukan padamu,
Pegang kendali hatimu..Jangan kau lepaskan.
Acuhkan semua godaan yg menghampirimu..
Cinta bukan untuk kau hancurkan, bukan untuk kau musnahkan..
Namun cinta hanya butuh kau kendalikan, hanya cukup kau arahkan..


Gadis... yg kau butuhkan hanya waktu, sabar dan percaya..
Maka, peganglah kendali hatimu,
Lalu..Arahkan pd Nya..
Dan cintailah dalam diam..
Dalam hening..
Itu jauh lebih indah..

Jauh lebih suci..



(Oleh Aztriana Apt)