Radio Muslim

Jumat, 27 November 2009

selain itu

Pengertian Fisioterapi Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail

FISIOTERAPI adalah bentuk pelayanan Kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik, elektroterapeutis dan mekanis ), pelatihan fungsi, komunikasi.

FISIOTERAPIS adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ILMU FISIOTERAPI adalah sintesa ilmu biofisika, kesehatan, dan ilmu-ilmu lain yang mempunyai hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi, pencegahan, intervensi, dan pemulihan gangguan gerak dan fungsi serta penggunaan sumber fisis untuk penyembuhan seperti misalnya latihan, tehnik manipulasi, dingin, panas serta modalitas elektroterapeutik.

fisioterapi apaan tu?

Pengertian Fisioterapi

02-02-2009
Fisioterapi adalah....
Fisioterapi merupakan ilmu yang menitik beratkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak. Menurut Departemen Kesehatan Indonesia Fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan memulihkangerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak dan komunikasi

saat non ikhwan mengharapkan akhwat bagaimana?

Saat (non) Ikhwan Harapkan Akhwat


( sumber : www.prayoga.net )

Karya : Inna Muthmainnah


Wanita adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah, dijaga betul kehormatannya agar tidak diganggu dan dilecehkan oleh orang-orang yang memiliki penyakit dalam hatinya. Karenanya tata cara berpakaian dan etika pergaulannya juga dijaga ketat oleh syariat Islam, dengan tujuan agar ia tetap terjaga dan terhormat. Dan yang cenderung lebih serius untuk komitmen dan berusaha konsisten untuk menjaga diri sesuai dengan syarifat Islam, kebanyakan dilakukan oleh para akhwat.

Mereka mengikuti pembinaan Islam yang berkesinambungan, dan berusaha mengaplikasikannya dalam seluruh aspek kehidupan. Diharapkan orang-orang yang mendampingi mereka adalah orang-orang yang memiliki pemahaman Islam yang baik, berakhlak mulia, dan mampu menjalankan peran sebagai qowam (pemimpin) bagi istri dan anak-anaknya. Dengan tujuan agar keshalihan sang akhwat dapat tetap terjaga dan terpelihara bahkan berkembang dan meningkat seiring dengan perannya sebagai istri, ibu, dan anggota dari masyarakat.

Bila sang akhwat mendapatkan pendamping yang jauh di bawah standar, misalnya tidak mengikuti sistem pembinaan Islam yang terpadu (pemahaman Islamnya kurang mendalam), perilaku dan akhlaknya kurang terjaga, dikhawatirkan perkembangan sang akhwat selama ini dalam membina dirinya jadi kurang optimal, karena kurang didukung oleh pendamping yang mampu mengayomi dan membina dirinya. Bahkan memiliki peluang untuk menurunnya kualitas keimanan dan akhlak. Karena bagaimanapun sedikit banyak peran pendamping hidup memiliki pengaruh yang besar bagi diri kita.

Itulah sebabnya mengapa seorang wanita aktivis Islam dianjurkan menikah dengan lelaki aktivis Islam juga, dengan tujuan agar penerapan nilai-nilai Islamnya jadi lebih integral lagi, dan dalam memecahkan segala permasalah keluarga dan anak selanjutnya akan lebih mudah karena didasari oleh visi dan nilai-nilai yang dipahami bersama.

Namun demikan, tentunya tidak menutup kemungkinan untuk seorang yang bukan aktivis untuk menyunting seorang akhwat, asalkan si akhwat bersedia dan si priapun harus terbuka terhadap nilai-nilai Keislaman dan mau belajar untuk mendalaminya dengan lebih serius lagi.

Karenanya, sebaiknya bila ke depannya kita memang berniat ingin mempersunting seorang akhwat, ya kita juga harus punya planning untuk pembinaan diri kita dulu, misalnya dengan mengikuti kajian keislaman yang rutin dan berkesinambungan dan dekat dengan para aktivitis Islam, sehingga saat dipertemukan dengan akhwat, pemahaman Islam kita tidak jomplang dengan pemahaman Islam akhwatnya.

Termasuk dalam mencermati kebiasaan dan cara pandang para aktivitas dalam etika melamar dan mendekati seorang akhwat.

Dalam Islam memang tidak dianjurkan untuk berpacaran, karena realitasnya pacaran memang terbukti sekali mendekati zina. Tapi kebanyakan yang terjadi, banyak para pria yang mempermainkan perasaan si akhwat yang terjaga tersebut, si akhwat dibuat Ge-eR sedemikian rupa dengan diberikan perhatian-perhatian yang intens (padahal si pria cuma sekedar ingin uji coba aja dan belum memiliki nyali untuk melamar apalagi untuk menikah). Kebanyakan kasus, si akhwatnya yang menunggu dan mengharap-harap cemas ingin segera dilamar, tapi si prianya cuma memanfaatkannya sebagai teman curhat atau teman untuk pendekatan saja untuk selanjutnya lihat saja nanti.

Memang harus diakui, bagaimanapun seorang akhwat tetaplah seorang wanita yang akan merasa senang dan tersanjung bila diberikan perhatian dari seorang pria, apalagi bila pria tersebut terlihat memiliki niat yang serius.

Sangat disayangkan pada realitasnya banyak di kalangan akhwat yang tidak menyadari bahwa pria-pria yang datang dan memberikan perhatian kepadanya, tidak semuanya berniat untuk meminang dengan serius. Tapi kebanyakan hanya sekedar untuk penjajakan semata. Hanya untuk melihat bagaimana karakter dan pola pikir si akhwat.

Lagi-lagi tetap saja pengambilan keputusannya ada pada si pria, pertimbangan apakah si akhwat sudah berharap banyak atau tidak, sayang sekali tidak banyak dipikirkan oleh si pria.

Tentunya para akhwat yang jeli tidak akan sudi diperlakukan demikian, dipermainkan perasaannya hanya sekedar guna penjajakan saja. Apa bedanya dengan orang-orang yang lain yang melalui proses berpacaran, bedanya toh hanya kemasannya saja.

Memang ada beberapa alternatif dalam memilih pasangan hidup:

1. Berpacaran, apapun itu bentuknya. Apakah hanya sekedar curhat-curhatan (baik secara langsung maupun ditelepon), jalan bareng, sering pergi bersama, dll, tujuannya yang utama adalah menjajakan, mengamati dan menilai langsung ke orang yang dituju. Bila cocok berlanjut, bila tidak cocok tidak berlanjut ke pelaminan. Tapi cara seperti ini sebenarnya lebih banyak tidak akuratnya ketimbang akuratnya dalam memilih pasangan hidup. Kenapa? Karena:

a. Setiap diri di situ lebih banyak tidak menampilkan diri apa adanya, seseorang biasanya berusaha untuk menampilkan diri yang sebaik-baiknya (menutup-nutupi) kekurangan. Bak pembeli dan pedagang. Jadinya yang tampil hanya kesan luarnya saja. Niat kita untuk mengetahui kepribadiannya secara detil, amat kecil untuk diperoleh di sini. Makanya kan banyak pasangan yang sebelumnya berpacaran bertahun-tahun, tetap saja sering terkaget-kaget dengan pasangannya sendiri saat menikah, karena dulu sewaktu berpacaran dia tidak mengetahui banyak tentang sisi kelemahan si pasangan yang ada (karena dulu berusaha ditutupi namun saat menikah semuanya terlihat apa adanya).

b. Sulit untuk menghindari dan mengendalikan gejolak syahwat yang ada saat situasi berpacaran/ bertemu/berbincang. Biasanya saat itu atau setelah itu setiap individunya terdorong untuk mengekspresikan gejolak syahwatnya dengan pacarnya, bila bertemu langsung terdorong untuk menyentuh, dll. Bila lewat perbincangan, sulit untuk mengontrol diri untuk tidak bicara yang menjurus. Atau setelah itu terdorong untuk berkhayal dan berimajinasi (berfantasi syahwat). Yang kesemuanya itu jelas mendekati zina.

c. Membuka peluang untuk mengumbar janji dan memberikan harapan-harapan semu, yang intinya sekedar untuk menarik simpati dan mengambil keuntungan dari hubungan tersebut (karena kan hubungannya memang tidak terikat, tidak ada hitam di atas putih, tidak ada hak dan kewajiban yang mengatur konsekuensi dari hubungan keduanya). Pada akhirnya tidak mendidik seseorang untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesejahteraan perasaan pasangannya. Beresiko untuk sakit hati dan kecewa karena merasa dipermainkan.

2. Cara yang kedua, dan yang kini tengah banyak dilakukan oleh kaum muda aktivitas Islam di kampus-kampus maupun di lingkungan masyarakat adalah konsep taaruf (perkenalan yang islami).

Di sini, masing-masing individu mencari tahu orang yang ia sukai lewat kerabat dekatnya atau orang yang mengenal target person dengan baik (informasi dari orang dekat sangat akurat, karena ia tahu betul dan kenal baik dengan target person). Atau bisa juga lewat bio data yang ditulis oleh si target person (bio data menyangkut biografi kehidupan dan keadaan keluarga).

Cara ini lebih akurat dan efektif dalam memilih pasangan hidup yang baik. Karena dalam waktu yang singkat, kita bisa tahu banyak tentang calon pasangan kita secara sportif, artinya kita tahu banyak sisi kelebihan maupun kekurangannya, termasuk silsilah keluarga si dia, lepas dari efek faking good (cuma menampilkan sisi baiknya saja).

Kita juga terhindar dan tetap terjaga dari situasi yang tidak aman (terhindar dari pelecehan seksual dari lawan jenis yang bukan mahrom). Bila dari informasi tersebut kita merasa cocok dan sreg, kita siap untuk taaruf lebih lajut (tapi dengan syarat harus punya nyali untuk siap nikah, bukan cuma sekedar penjajagan saja tapi nikahnya entar… entar wah gak usah maju deh kalau gak punya nyali gini).

Pas taaruf atau perkenalan, si pria dan wanitanya harus didampingi dengan orang lain

psikologi ikhwan akhwat

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang sbesar.
Al Ahzab :35

Semenjak allah ‘azza wa jalla menciptakan nabi adam as seorang diri kemudian diciptakannya Hawa sebagai pendamping untuk menghancurkan rasa kesepian nabi adam ketika berada di surga, yang diciptakan dari tulang rusuk beliau. Sehingga munculah hadist “perempuan itu diciptakan dari tulang rusuknya laki-laki”.

Dari dulu sampai sekarang hanya ada dua kategori manusia yang memiliki jenis kelamnin laki-aki dan perempuan saja.

Secara struktur bilogis ikhwan dan akhwat amat sangat berbeda sehingga dalam pengklasifikasian peran, hak dan kewajiban antara ikhwan dan akhwat pun berbeda satu sama lain. namun perbedaan ini tidal lantas di artikan adanya diskriminasi satu sama lain. islam eist solung

Di dalam islam antara laki-laki dan perempuan adalah setara. Islam menjelaskan secara gamblang dan akurat tentang peran kaum laki-laki dan perempuan dalam kehidupan ini, serta memberikan pedoman yang rinci tentang bagaimana seharusnya mereka berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam setiap aspek kehidupan. Penjelasan dan pembagian peran ini langsung berasal dari Allah Swt, Sang Pencipta manusia.

Interaksi yang dibangun antara ikhwan dan akhwat adalah interaksi yang dibolehkan secara syara’, misal dalam konteks pendidikan, kesehatan dan muamalah. Interaksi inipun tidak lain adalah kerjasama demi terwujudnya sebuah peradaban agung yaitu peradaban islam.

Kadang, Seringkali ketika terjadi miss comunication di dua mahluk ini bukan karena “sering atau tidak seringnya” ketika berkomunikasi. Tetapi isi dari komunikasi yang terjalin, akan tetapi memang sangat tidak mudah ketika menjalin komunikasi anatara ikhwan dan akhwat sehingga komunikasi yang terjalin itu efekif kecuali belajar untuk memahami lawan jenis dengan berinteraksi, tapi dengan catatan seperlunya saja dan tetep kudu syar’i.

Oke, saya mencoba untuk sedikit meneliti permasalahan-permasalahan yang biasanya timbul ketika menjalin hubungan interpersonal ikhwan dan akhwat adalah karena “ komunikasi” yang meliputi kontent, cara berkomunikasi, benturan sifat/karakter satu sama lain, beda prinsip dll. Komunikasi itu meliputi bahasa verbal maupun non verbal.

Nah sebelum ke arah “komunikasinya” saya akan bahas sedikit pandangan dari sisi psikologis ikhwan dan akwat. Karena, terkadang kenapa biasanya ada kesalahpahaman dan penyikapan yang salah di kedua belah pihak, bisa jadi satu sama lain belum mengetahui “seperti apa” keadaan, fakta, pengetahuan antara ikhwan dan akhwat (sifat/ karakter yang umum) tentu dalam konteks yang global.

Ikhwan – plEaSe hArgai guE!!-
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oeh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
An Nisa : 34

Dalam ayat ini Allaah ‘azza wa jalla memberikan sifat Qawamah (kepemimpinan) kepada ikhwan, dan qunut (ketaatan) kepada akhwat. Hal ini menunjukan bahwa fungsi ikhwan adalah memimpin dan kewajiban akhwat adalah taat (lihat Al qurthubi dalam al Jami’ Liahkamil Qur’an 14/179)

Kenapa saya memberikan semacam clue “please hargai gue!!”, tanpa bermaksud sotoy nii kepada para ikhwan ^^. Kalimat ini mungkin sering muncul di benak ikhwan baik dalam konteks dia sebagai anak, peran dia di lembaga dakwah, dunia pekerjaan dan sebagai suami. Kalimat ini sangat erat indikasinya tentang masalah “kepemimpinan” yang sedang ia pimpin. Setiap keputusan-keputusan yang di keluarkan baik konteksnya dia sebagai anak, suami dan anggota masyarakat ingin keputusannya itu “di hargai” bukan dalam konteks mengemis untuk dihargai.

Tapi memang secara tabiat ikhwan lebih senang dan sangat menghargai kepada siapapun ketika dia dihargai dalam hal apapun!! Makanya sangat mudah untuk membuat ayah saya senang dengan seketika ketika beliau sedang marah, hanya cukup dengan “menampakan wajah manis (alah..)” dan untuk menghargai beliau dengan apa yang sudah beliau berikan, cukup dengan tersenyum dan say “nuhun” walaupun belum sesuai harapan (nah, nanti di bahas pas bagian akhwat kenapa rata2 akhwat susah untuk menerima lebih tepatnya suka mengoreksi terlebih dahulu dengan sesuatu yang ada di hadapannya)

mungkin beda-beda setiap karakter kaum laki-laki tapi rata-rata sama. Sudah tabiat ikhwan ketika berkomunikasi tidak banyak bicara, tidak suka di dikte, tidak suka bicara panjang lebar, tidak suka dengan orang yang cerewet, susah untuk mengatakan “saya tidak tahu”(tergantung), susah mengungkapkan sesuatu, keras kepala, egois yang tinggi, tidak suka digurui (kamu tuh kaya gini.. bla..bla..), tidak senang di koreksi secara membabi buta, pantang menyerah, berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang diinginkannya(tergantung),
tidak sabaran (tergantung), tidak ingin diragukan kepercayaan yang diberikan kepada siapapun artinya tidak suka jika ada yang meragukan apa yang ia berikan,de el el.

Secara tabiat juga, ikhwan dalam bersikap lebih menggunakan perangkat akal/logika dibandingkan perasaan dan Mudah untuk melupakan sesuatu dan terkadang Sulit untuk memulai dari awal, jarang menangis/susah untuk menangis tapi sekali menangis justru menghawatirkan.

Akhwat –pLeAsE ngErtiiN gUe!!-
Saya berusaha untuk berpikir objektif sehingga melihat kedua belah pihak tidak bersikap “memihak dan membela (statusnya bukan lawer disinih)”, tujuan tulisan ini pun hanya ingin memberikan gambaran tentang permasalahan yang biasanya muncul dalam hubungan interpersonal ikhwan-akhwat baik dalam konteks personal, lembaga dakwah, anggota masyarakat, dan sikap apa yang seharusnya di ambil! Tentu dalam konteks yang global dan bahasannya tetep syar’i.

“orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada istriku”
HR At Tirmidzi, Abu Dawud dan Ad Darimi

Ada beberapa hadist yang menceritakan tentang “bagaimana” seharusnya sikap ikhwan dalam bersikap dan menyikapi sikap akhwat. Kalau Hadist yang di atas lebih tepatnya sebagai “rambu” yang rasul saw berikan untuk kaum adam agar dalam bersikap kepada istrinya dengan penyikapan yang benar dan hati-hati.

Saya sering bertanya(bukan mempertanyakan!!) ke diri sendiri, kenapa aturan mulai dari al Qur’an dan hadist banyak sekali menceritakan tentang akhwat?? Ternyata, pas di telusuri wajar, sangat wajar luar biasa islam itu agama yang sangat memuliakan seorang wanita. Jangan kira bidadari itu hanya terdiri dari “bidadari langsung!” tapi dari kalangan wanita dunia yang beriman pun ada! (silahkan liat tafsir imam jalalain)

Oke, saya teringat sebuah hadist “jangan mencela (mencaci) nya, dan jangan mendiamkannya kecuali di rumah” (HR Abu Dawud dan Ahmad),

hadist ini memerintahkan kepada para suami untuk memperhatikan hak-hak istri agar para suami bersikap lemah lembut dan memperlakukan istri dengan makruf (menurut al munawi)

Hadist ini juga berlaku bagi ikhwan ke akhwat dalam konteks yang umum juga, karena secara tabi’i akhwat sangat senang mendengar sesuatu yang “indah” terutama perkataan makanya di haidst nabi jangan mencelanya artinya bersikap lembutlah kepada akhwat baik dengan perbuatan maupun dengan kata-kata! Karena jika tidak jangan aneh ketika melihat akhwat di caci satu kata maka ia akan membalas 1000 kata cacian terhadap orang yang mencacinya tadi! Di koreksi satu kata maka ia kan balik menkoreksi 1000 kata!! Mendengar kata-kata yang kasar itu lebih sakit dibanding dengan dikasari dengan sikap (tergantung)!! Mohon pahami ini udah tabiat (kecuali bagi yang bisa mengendalikan diri). Dan ketika akhwat mendengar sesuatu yang berupa, “pujian, do’a, kata-kata yang indah, syair kalimat-kalimat emosional” maka ia akan sangat senang dan akan bersikap menghargai siapapun yang bisa memahami dan mengerti keadaan dia. Makanya saya kasih clue, plEaSe ngErtiiN gUe!! Ini kalimat mengandung indikasi bagi akhwat ketika ada masalah dengan orang, pasti yang pertama timbul di benak kenapa ga bisa ngertiin gUe sii??..

Jangan mendiamkannya kecuali di rumah ini bermaksud akhwat sangat tidak suka tidak diacuhkan (diperhatikan, red) akhwat paling tidak suka tidak di acuhkan ketika dalam kehidupan luar rumah, entah itu organisasi, perkuliahan (statusnya ketika ngejar dosen untuk bimbingan, kasih tugas, minta perbaikan nilai dll), ini konteksnya global mau itu akhwat ke ikhwan atau kesesama akhwat.

Tapi tidak menutup kemungkinan juga karakter akhwat itu beda-beda tapi hampir rata-rata sama, ketika berkomunikasi lebih vokal, ahli bahasa verbal maupun non verbal, lebih emosional, mudah ekspresi, sulit melupakan tapi mudah melupakan, butuh pendengar, lebih menggunakan aspek perasann (wajar, terkait dengan fungsinya sebagai seorang ibu), kalau ikhwan pingin di hargai kalau akhwat lebih ingin di perhatikan dan di mengerti. Mudah bersabar, argumentatif, detail-isme, de el el.

Ikhwan – akhwat “antara langit dan bumi”
Jalaludin Rumi mengatakan ikhwan-akhwat bagaikan langit dan bumi, apa yang terlintas dalam benak anda?? pasti jauh sangat jauh berbeda(dengan berbagai macam perbedaannya), kalau saya memandang bukan fakta perbedaannya yang menyebabkan menjadi berpikir “jauh”, saya tidak memandang dari sisi perbedaan karena memang tanpa kita pandangpun memang berbeda dan memang sudah takdir untuk berbeda.

But, U ever thingking?? Langit ketika hujan dan airnya jatuh ke bumi sehingga bumi tadi bisa menghasilkan tanaman-tanaman. Bumi bisa menghasilkan sesuatu karena ada air yang jatuh dari langit. Memang sudah aturannya seperti itu.

Begitu juga ikhwan-akhwat, kekurangan ikhwan itu di tutupi oleh kelebihan yang akhwat miliki begitu juga sebaliknya. Saling melengkapi.

Benak kusut
Permasalahan yang sering kali muncul antara ikhwan-akhwat dalam hubungan interpersonal baik statusnya sebagai sesama anggota dakwah, anak kuiahan, dunia pekerjaan, sebagai salah satu anggota keluarga dan anggota masyarakat. Biasanya yang sering terjadi pasti karena, miss komunikasi, jarang komunikasi (rapat kaga jalan) sehingga terjadi lose kontrol sehingga menyebabkan komunikasi satu arah, adanya pembelaan dan klarifikasi, komunikasi kek perang ofensiv dan defensiv, ini dalam konteks ikhwan-akhwat yang ada dalam sebuah lembaga dakwah (saya ambil kehidupan yang global). Intinya mah komunikasi!! Corak komunikasi yang dibangun, isi atau kontent komunikasi yang dijalin!!

Saya ambil contoh, ada seorang akhwat secara karakter dia sangat serius dalam bersikap terutama masalah hubungan ke arah yang serius, tiba-tiba ada ikhwan yang siap untuk mengkhitbahnya, nah tanpa di sadari ikhwan tadi mengungkapkan “kalimat” yang begitu meninggikan dari keadaan akhwat tadi lewat kata-kata seperti, “ukhti saya siap menikahi ukhti dan saya harap ukhti menerima pinagangan saya dan saya akan menbahagiakan ukhti”.

Hhmm, apa yang ada di pikiran kalian?? Keknya si ikhwan tadi di terima karena secara psikologis akhwat itu lebih senang dipuji dan mendengarkan kata-kata yang indah.

Sayang sekali, akhwat tadi menolaknya. Saya ga akan bahas kenapa-napanya, tapi intinya adalah corak komunikasi yang dibangun dan kondisi psikologi komunikan. Memang secara psikolgis akhwat senang mendengar kata-kata indah, tapi itu lantas tidak menjadi jaminan ia akan bersikap atau merespon baik dari yang kita kira.

Corak komunikasi yang kalau saya menilai bisa diandasi oleh beberapa hal, yang pertama sebagai ekspektasi dari gharizah bisa nau’ contohnya kek di atas tadi, bisa juga baqa’ mungkin seperti kalimat, “ukhti bisa kita ketemu berdua untuk membicarakan khitbahan saya (baqa’ yang dilandasi hawa nafsu sehingga kurang berpikir jernih dan menghalalkan segala cara agar tujuan tercapai), yang terakhir dari gharizah tadayyun seperti “maukah ukhti menjadi bidadari dunia yang kelak akan melahirkan mujahid/ah generasi pejuang islam, bersama-sama menguatkan keimanan, membangun keluarga yang ideologis?? (alah..)

Heuheu.. saya suka ketawa sendiri kalau nulis kek ginih, btw bukan ini yang ingin saya tunjukan!!

Kembali ke corak komunikasi, yang kalau saya menilai contoh-contoh kek diatas lebih kepada corak komunikasi yang dibangun atas landasan gharizah. Bukan corak komunikasi yang dilandasi atas pemahaman yang diharapkan bisa membangun pemikiran bersama sehingga yang perlu diperhatikan adalah metode dan data penelaahannya walaupun ini menyangkut urusan hati. Sehingga akan ada penyikapan yang benar.

Corak/landasan komunikasi yang dilandasi dari akal/pemahaman yang tujuannya diharapkan akan membangun pemikiran bersama itu lebih abadi dibandingkan corak komunikasi yang dilandasi atas gharizah.karena gharizah akan berubah-ubah tergantung rangsangannya. Tapi memang, ketika kita berinteraksi itu sebagai pemenuhan atas naluri tapi yang saya maksud itu adalah “kecenderungannya”, perangkat mana yang akan ia pakai, perasaan/emosnya kahi?? Atau akalnya??

Manusia itu terdiri dari akal dan emosi bukan dipisahkan akan tetapi kedua perangkat itu memang ada di dalam manusia itu sendiri. diharapkan ketika bersikap atau membuat keputusan pemahaman/akallah disini cenderung untuk didahulukan dibandingkan perasaan atau emosi.

Benak lurus –memasangkan langit dan bumi-
Oke, seperti apakah misal seseorang yang lebih mengedepankan akal/pemahaman yang diharapkan akan membangun pemikiran bersama dengan memperhatikan metode penelaahannya, sehingga muncul sikap yang benar!! Termasuk urusan hati (alah lagi)

Jangan aneh ketika melihat ikhwan yang secara perangai kasar, keras kepala, dingin, dan bukan sifatnya ketika ia harus bersikap lembut pada seorang akhwat (bisa ibunya atau juga istrinya, adik perempuannya) berarti dia telah mengamalkan hadist nabi saw di atas sebagaimana Umar bin Khatab r.a. bersikap lemah lembut kepada istrinya, mendengarkan setiap keluhan istrinya (cerewet, red), sikap Umar ketika turun ayat An Nisaa :3 yang membatasi jumlah akhwat untuk dipoligami maka Umar menceraikan istri-istrinya yang cantik kecuali istri yang secara fisik biasa saja tapi apa perkataan Umar, “saya khawatir kecantikan istri2 saya bisa melalaikan iabadah saya terhadap Allaah ‘azza wa jalla dan saya lebih senang memilih istri yang cerewet agar mengingatkan saya untuk beribadah terus”.. itulah Umar yang memiliki perangai yang kasar dan keras kepala lagi dingin akan tetapi dapat bersikap lemah lembut terhadap istrinya.

Dan jangan aneh pula ketika ada seorang akhwat yang lebih memilih untuk bersikap sabar dan mengerti terhadap sikap dari ikhwan (bisa ayahnya, kakak, suaminya, teman lembaga dakwah) ketika ikhwan tadi belum bisa bersikap lemah lembut, masih bersikap kasar dan dingin. Akhwat tadi tidak menuntut untuk sikap yang seharusnya tapi lebih memilih untuk mengerti dan bersabar, menunggu hingga suatu saat nanti pasti ia bisa mengamalkan hadist Nabi Saw di samping ia senantiasa mengingatkan, Berarti akhwat tadi seperti laksana Ummu sulaim r.a. sahabiyah yang masuk islam awal ketika ummu di persunting oleh abu Talhah r.a.yang ia masih dalam keadaan kafir akan tetapi ummu sama sekali tidak menolaknya (pastinya secara perasaan, setiap akhwat menginginkan suami yang unggul terutama dari segi keimanan agar dapat membingbingnya). Ummu hanya mengatakan tanpa perkataan yang mendikte dan menuntut, “aku mau menjadi pendampingmu jika kau masuk islam , dan aku rela islam sebagai maharku” ummu seketika menjadi jalan “cahaya” keislaman Abu Talhah r.a. yang kelak Abu menjadi salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga(semoga allaah memberikan rahmat kepada para sahabat Nabi)

terpikirkankah oleh kita seorang Abu mantan orang kafir yang memerangi Nabi dulunya bisa menjadi salah satu sahabat yang dijamin masuk surga?? luar biasa peran Ummu…

Sahabat-sahabat semua, dalam teori yang saya curahkan dalam tulisan ini, bisa saja salah!(karena setiap orang punya teori dan punya sisi psiko masing2 sehingga memunculkan pandangan yang berbeda-beda, yang salah adalah jika pandangan itu berdasarkan asumsi/prasangkaan belaka)

hanya saja, saya memandang antara laki-laki dan wanita memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak sama. Sehingga dari setiap kekurangan dapat kita terima dengan lapang dada dan ikhlas sebagaimana kita bisa dengan mudahnya menerima kelebihan orang lain.

Dua manusia ini tidak akan pernah cocok dan sama selamanya sampai mati!! Karena memang di takdirkan untuk tidak bisa sama dan mustahil untuk dipaksakan bisa sama karena kedua-duanya adalah berbeda!! Tidak ada istilah cocok atau tidak cocok antara ikhwan dan akhwat yang ada adalah “bagaimana” bisa mencocokakan diri!! Tapi ini juga mustahil berarti kita menjadi orang lain bukan diri sendiri, kita mengerjar sesuatu demi kepuasan hawa nafsu..

Contoh kecil adalah orang tua, jujur saja, saya dalam keluarga terdapat banyak sekali karakter dan sifat yang sama sekali berbeda, kesukaan, kesenangan yang sama sekali berbeda.

Orang tua saya tahu dan mengerti akan perbedaan ini, tapi perbedaan ini tidak lantas mencari tahu apa parameter persamaan(saya cenderung menilai ini lebih menggunakan perangkat perasaan)!! Sehingga perbedaan itu akan harmonis, bukan itu!! Sungguh bukan itu!! Kalau seandainya semua orang tua berpikir seperti itu pasti akan ada pemutusan hubungan antara orangtua dan anak, ada “sesuatu” yang melebihi hanya sekedar membuat “parameter” karena jika manusia yang menentukan parameter ini pastinya akan berubah-ubah!!

So apakah itu??
“Sikap tulus” yang lahir dari keimanan kepada sang Al Khaliq itulah yang melahirkan sikap saling mengerti dan memahami keadaan lawan kita.. yah, sikap tulus yang akan melahirkan sikap yang tidak banyak menuntut, sikap menerima apa adanya dalam artian hargai dia sebagai manusia yang layak dihargai walaupun ketika ia berbuat salah disamping telah menasehati, dan sikap saling memahami.

sikap tulus dapat juga diartian lahir dari cara berpikir untuk dapat “menerima”, menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat dari perilaku oarng lain. menerima tidak berarti menilai pribadi orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita senangi, betapapun jeleknya perilaku menurut persepsi kita. jika tidak ada sikap ini maka yang ada adalah mengkritik (secara psikologis akhwat sangat kental dengan sikap ini, tapi sikap menkritik ini bukan lahir dari sikap untuk meremdahkan, sama sekali tidak!! tapi lebih ke arah sikap tegas melindungi diri dari sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum syara’), dan mengecam buta.

Sikap tulus yang lahir dari pikiran jernih. Ini yang saya maksud membangun pemikiran bersama sehingga objektif. Sehingga komunikasi yang dijalin akan sehat dan efektif. Karena corak atau isi komunikasi yang dibangun berdasarkan kecenderungan ia menggunakan perangkat akal bukan emosi atau perasaan. Sehingga lagi, akan muncul sikap “saling” saling mengerti, memahami, menasehati, mengingatkan dll. Jika terjadi perselisihan di kembalikan lagi kepada landasan yang menjadi corak komunikasi yang tujuannya membangun pemikiran bersama dan kembalikan setiap perselisihan itu adalah hukum syara’ sebagai “source of solution”!!

wallahu'alam

firda

surat dari sahabat di tahun 2070

Surat Dari Teman Di Tahun 2070 - Presentation Transcript

  1. SURAT DARI TAHUN 2070 www ww w www w Wwwwww w w ww w wwwwwwww wwwwwww w w w wwwww ww w w w www wWwwwww w w ww w wwwwwwww wwwwwww w w ww www ww w www wWwwwww w w ww w wwwwwwww wwwwwww w w w wwwww ww w w w www w Wwwwww w w ww w wwwwwwwwWwwwww w w ww w wwwwwwww wwwwwww w w w wwwww ww w w w www wWwwwww w w ww w wwwwwwww wwwwwww w w ww www ww w www wWwwwww w w ww w wwwwwwww wwwwwww w w w wwwww ww w w w www w Dokumen ini dipublikasi di majalah Wwwwww w w ww w wwwwwwww \"Crónica de los Tiempos\" April 2002. (Translation in free bahasa: Yuliana Suliyanti, Aug 2007) Ria Slides
  2. Aku hidup di tahun 2070. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah 85 tahun. Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih. Aku fikir aku tidak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku. Ria Slides
  3. Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun Semua sangat berbeda. Masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya. Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang dibasahi dengan minyak mineral. Ria Slides
  4. Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air. Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja. Ria Slides
  5. Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan: ”JANGAN MEMBUANG BUANG AIR” Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas. Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering. Ria Slides
  6. Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Ria Slides
  7. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya. Ria Slides
  8. Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis. Ria Slides
  9. Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari. Ria Slides
  10. Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah. Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air. Ria Slides
  11. Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Ria Slides
  12. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun. Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang. Ria Slides
  13. Morphology manusia mengalami perubahan... …yang menghasilkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi. Ria Slides
  14. Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per orang per hari. [31,102 galon] Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari “kawasan ventilasi” yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen. Udara yang tersedia di dalam “kawasan ventilasi” tidak berkulitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas. Umur hidup manusia rata-rata adalah 35 tahun. Ria Slides
  15. Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata. Ria Slides
  16. Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam. Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi. Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Ria Slides
  17. Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu. Ria Slides
  18. Dia bertanya: - Ayah! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ? Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku... Ria Slides
  19. Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan- pesan pelestarian... dan banyak orang lain juga! Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukan. Ria Slides
  20. Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya. Ria Slides
  21. Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir. Ria Slides
  22. Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi ... ... Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini! Ria Slides
  23. Kirim surat ini ke semua teman dan kenalan anda, walaupun hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang. Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita. Lakukan untuk anak dan keturunanmu kelak. AIR DAN BUMI DEMI MASA DEPAN! Auteur : Ria Ellwanger, en collaboration avec Lopez Chavez Ariel Alahin riaellw@globo.com, alainlopez909@hotmail.com Texte : revue \"Crónica de los Tiempos“, d’avril 2002. Musique: Chopin - Tristesse Images : Getty Images Traduction française “maison”: Eva Sagasti generationsfutures.net Free English translation: Daniel T. Brunner daniel_to_b@hotmail.com Free Bahasa translation: Yuli Suliyanti yuliana suliyanti@yahoo.co.id Ria Slides

cita-cita

apakah anda punya cita-cita?
apa cita-cita anda?
seberapa besar usaha yang anda lakukan?
itu semua dapat anda jawab sendiri...

yang terpenting kita harus senantiasa berusaha dengan baik...
setelah itu bertawakal hanya kepadaNya..

sahabat

sahabat
kau adalah teman terbaiku
kau ada saat oarang tak menghiraukanku
kau temani hari-hariku yang sepi
hidupku lebih berwarna dan berarti bila bersamamu

sahabat
akankah kauada selalu disampingmu...
menemani stiap langkah kecilku..
mengisi dunia ini dengan senyuman yang berarti

sahabat
semoga kita kan selalu bersama
walau hanya dalam hati....