Radio Muslim

Sabtu, 18 Desember 2010

ilmu psikologi

the first WORKSHOP Penelitian Psikologi Islam

edisi Metodologi Penelitian

Bersama:


Bismillaahirrahmaanirrahiim…

Workshop pertama yang digawangi oleh IPLF ini dimulai pukul 08:30. Dibuka oleh Muh. Alfi Ash-shidiqqie sebagai MC, dilanjutkan dengan tilawah oleh Garin. Sambutan dari Direktur IPLF, Yurisa Nurhidayati mengawali workshop yang akan diisi oleh Pak Bagus Riyono. Dalam sambutannya, Yurisa memilih untuk berbagi cerita agar tidak terkesan terlalu formal. Disampaikan Yurisa sebuah harapan agar workshop ini memang tidak sekadar paradigma Psikologi Islam, tetapi lebih pada tindakan nyata berupa penelitian.

Dan kemudian, peserta yang dihadiri sekitar 100 peserta ini, termasuk Ketua IMAMUPSI Presnas I, Wahyu Budi yang datang dari Malang, dimulai dengan semangat mencari ilmu. ^-^

OUTLINE WORKSHOP

1. Memahami MAKNA dari metode penelitian dalam Psikologi Islam
2. Memahami MANFAAT dari penerapan metode penelitian ilmiah
3. Menyadari TANTANGAN dari disiplin Psikologi Islam
4. Mengeksplorasi PILIHAN dalam penerapan metode penelitian untuk disiplin Psikologi Islam
5. Membangun SEMANGAT untuk meneliti dan menerapkan Psikologi Islam

Mari kita berlanjut pada isi workshop… ^-^

Workshop ini diadakan bukan tanpa tujuan, melainkan sebagai langkah awal sebuah penelitian Psikologi Islam, mengobati kehausan ilmu para peneliti muda dan mereka yang menaruh perhatian besar terhadap Psikologi Islam.

Maka, Pak Bagus mengawalinya dengan sebuah pertanyaan:

MAKNA

Apa arti Ilmu Pengetahuan dan apakah peran Metode?

Apa yang ingin kita dapatkan dari ilmu pengetahuan?

Inilah jawabannya:

* Sebuah kebenaran

Kebenaran adalah sebuah kerinduan primordial (kerinduan yang teguh, yang sudah dibawa sejak lahir). Merindukan kebenaran adalah fitrah manusia. Kebenaran itu abadi dan universal. Dan tentu saja, Yang Maha Benar hanyalah Allah Subhanahu Wata’ala…

Orang-orang berilmu adalah pewaris para Nabi (Hadist Rasulullaah)

Maksud kata ‘pewaris’ di sini adalah para cendekiawan Muslim yang menyerahkan diri pada Allah.

Seluruh ilmu adalah milik Allah yang diberikanNya sedikit untuk Rasulullaah Muhammad SAW, yang kemudian diajarkan kepada umatnya dan para manusia, dimana selanjutnya manusia menggunakan ilmu-ilmu tersebut dalam rangka menjalankan tugas sebagai khalifah di muka Bumi; untuk mengolah alam semesta.

Dalam proses pencarian ilmu, kita bertemu dengan kebenaran deduktif. Kebenaran deduktif ini diawali dari Al Haq –> Al Uswah –> Akal Budi/Intellect/al Aqlu –> Argumentasi –> Observasi –> Demonstrasi –> Data.

Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang engkau tidak memiliki

pengetahuan tentangnya….

Kemudian, setiap ada kebenaran deduktif, kita juga mengenal kebenaran induktif. Kebenaran induktif berjalan dari Data –> Demonstrasi –> Observasi –> Argumentasi –> Akal Budi/Intellect/al Aqlu –> Al Uswah — (dilakukan konfirmasi dan justifikasi)–> Al Haq.

Jika orang Islam malas mencari ilmu, maka dia sudah berada

di tepi jurang kekafiran….

Dalam proses pencarian ilmu, tentu kita senantiasa menggunakan metode ilmiah. Mengapa metode ilmiah?

Metode ilmiah adalah cara kita untuk menemukan hikmah kebenaran dari alam semesta “macrocosmos” maupun “microcosmos”. Metode ilmiah merupakan alat bagi akal budi kita untuk menkonfirmasi (deduktif) dan menemukan pemahaman baru (induktif) tentang kebenaran.

Selanjutnya, mari kita berkenalan dengan salah satu tokoh ternama yang dikenal sebagai saintis pertama di dunia. Dan beruntunglah kita, karena beliau adalah seorang Muslim yang taat.

Perkenalkan…. Beliau bernama….

IBN AL HAYTHAM

Di kalangan cendekiawan Barat, beliau dikenal dengan nama Alhazen. Beliau lahir dengan nama Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham, di Basrah pada tahun 354 Hijriyah atau 965 Masehi. Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran dan saliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Beliau adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, mate­matika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Beliau banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengajian sains di Barat.

Inilah beberapa pendapat Al Haytham yang menunjukkan kesaintisannya….

* Aristoteles berpendapat bahwa Matematika hanya berurusan dengan alam ideal dan tidak berhubungan dengan dunia fisik yang tak beraturan. Ibn al Haytam menunjukkan bahwa Matematika (dalam bentuk modern, al jabar) adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kehidupan nyata. Hal ini ditunjukkan Al Haytham dalam Q. S. Al Qamar: 49, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
* Aristoteles berpendapat bahwa mata melihat benda karena esensi dari benda tersebut merasuk ke mata. (tidak dapat dibuktikan secara ilmiah)
* Euclid dan Ptolemy berpendapat bahwa mata dapat melihat karena memancarkan cahaya pada benda yang dilihat. (jika mata memancarkan cahaya, mengapa kita tidak dapat melihat di tengah kegelapan? mengapa mata menjadi sakit karena silau ketika melihat matahari?)
* Ibn al Haytham menunjukkan bahwa mata menangkap pantulan cahaya dari benda yang dilihat, dan bayangan yang ditangkap oleh mata posisinya terbalik karena cahaya berjalan dalam garis lurus. (tak terbantahkan hingga saat ini)

Al Haytham melakukan percobaan menggunakan metode ilmiah, yang kemudian dikenal sebagai kamera Obscura, cikal bakal kamera masa kini.

Lalu, apa kaitan Al Haytham dengan Psikologi?

Al Haytham memperkenalkan Moon Illussion, yaitu di mana bulan tampak lebih besar ketika terbit dan tenggelam.

Pak Bagus memberi kami sebuah percobaan untuk menguji kebenaran Moon Illussion ini. Percobaan ini tidak asing lagi bagi para peserta. Hanya saja, kami yang belum tahu bahwa ini termasuk dalam Moon Illussion yang sudah sejak lama ditemukan oleh Al Haytham.

Percobaan yang saat ini dikenal sebagai ilusi Ebbinghaus ini menunjukkan pada kita bagaimana Moon Illussion itu terjadi. Bulatan oranye di tengah bulatan warna biru tampak lebih kecil bulatan di sebelah kiri. Namun, ternyata, kedua bulatan itu sama besar. Mengapa demikian?

Itulah yang terjadi, mengapa bulan tampak lebih besar ketika terbit dan tenggelam. Karena pada dua waktu tersebut, langit bersih, bulan hanya sendirian, dan kalaupun ada gedung-gedung atau pohon-pohon, gedung dan pohon itu tampak kecil.

Menurut filsuf Yunani, hal ini terjadi karena cahaya bulan mengalami refraksi ketika masuk atmosfer Bumi. Menurut Pak Bagus, jawaban dari para filsuf ini seolah seperti mengolah teori mengenai cahaya yang sebelumnya dikemukakan oleh Al Haytham. Namun, rupanya Al Haytham punya jawaban yang lebih cerdas. Al Haytham berpendapat bahwa ini adalah fenomena Psikologis, karena yang melihat sebenarnya bukan mata, melainkan otak.

Pendapat inilah yang mengawali ilmu Psychophysics yang selama ini diklaim oleh cendekiawan Barat. Ya. Ilmu itu berawal dari Al Haytham. Subhanallaah….

SIKAP ILMIAH

Sebagai seorang peneliti Muslim, kita harus memiliki sikap ilmiah, dimana sikap ilmiah ini berbeda dengan sikap ilmiah yang tertulis dalam buku Psikologi Eksperimen.

* Rendah hati (manusia itu bodoh. Allah-lah Yang Maha Benar –> Qur’an)
* Biarkan data yang berbicara (empiris)
* Jangan mudah percaya pendapat orang jika masih belum memuaskan akal pikiran kita (skeptis)
* Jelaskan dengan logika yang benar, yaitu logika suprarasional-sunatullaah dari Allah Yang Maha Benar (argumentatif)
* Eksplorasi segala kemungkinan penjelasan (teliti dan detail)

MANFAAT

Mengapa kita perlu metode ilmiah?

Jawabannya adalah…

1. Kebenaran hanya bisa kita saksikan dari demonstrasi
2. Argumentasi adalah penjelasan logis dari demonstrasi
3. Argumentasi yang benar adalah yang mengarah pada hukum Allah yang tertulis dalam Al Qur’an
4. Ilmu Hadist adalah penerapan dari prinsip-prinsip ilmiah ini (shahih=valid)
5. Dengan metode ilmiah, kita harus selalu terbuka dengan ide-ide baru dari akal pikiran yang jernih
6. Satu-satunya kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya adalah Al Qur’an

Tanpa metode ilmiah, segala sesuatu hanyalah asumsi belaka…

* Untuk menjadi ilmuwan sejati, seseorang harus menjadi Muslim sejati
* Muslim, artinya berserah diri pada kekuasaan dan kebenaran Allah
* Muslim, berarti mengakui bahwa yang benar hanyalah Allah
* Allah menyampaikan kebenarannya melalui Al Qur’an dan alam semesta
* Ilmu adalah jalan untuk memahami kebenaran Allah, baik melalui Al Qur’an maupun alam semesta, secara simultan
* Metode ilmiah adalah jalan untuk ‘berkomunikasi’ dengan alam semesta; let the universe speak for itself
* Al Qur’an adalah sumber inspirasi dan justifikasi

TANTANGAN

Apa yang kemungkinan menghambat proses penelitian dan publikasi Psikologi Islam

Tantangan dari luar; Scientific Taboo

* Masyarakat ilmiah dikuasaioleh ‘aliran’ tertentu yang cenderung tertutup
* Jurnal-jurnal ilmiah memiliki paham-paham yang cenderung membatasi artike-artikel yang sesuai dengan paham mereka. Contoh: teori Goal-Setting sulit masuk ke jurnal yang dikuasai aliran Behaviorisme
* Scientific Taboo menolak segala bentuk pernyataan yang mengindikasikan Tuhan
* Untuk publikasi, diperlukan jurnal tersendiri atau diterbitkan dalam bentuk buku

Tantangan dari dalam

Adanya penafsiran yang salah kaprah di mana semua kata ‘ilmi (ilmu) yang dimaksud dalam Qur’an maupun Hadist selalu diartikan sebagai ilmu agama. Seolah-olah di dunia ini hanya ada ilmu agama. Inilah yang membuat umat Islam terbelakang dalam hal ilmu. Dan inilah yang harus kita ubah.

Dan akhirnya, pilihan ada di tangan kita sendiri; memilih menjadi pewaris para Nabi atau masuk ke jurang kekafiran.

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia;

dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu….

(Q. S. Al Ankabut: 43)



Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q. S. Al Mujadilah: 11)



Dan alhamdulillaah… menjelang Dhuhur, usai sudah workshop ini. InsyaAllaah, masih ada rangkaian workshop selanjutnya bagi mereka yang tertarik untuk melakukan penelitian dalam Psikologi Islam.

Akhir kata, semoga semua ilmu yang kita dapatkan bermanfaat bagi dunia-akhirat kita; bagi agama, keluarga, tanah air, dan alam semesta…^-^

I constantly sought knowledge and truth,

and it became my believe

that for gaining access to and closeness to God,

there is no better way than that of searching truth and knowledge…

(Ibn Al Haytham)

Tidak ada komentar: